Tuesday, November 10, 2009

Tukang Cukur




"Cilikanku rambute dicukur kuncung", sepenggal bait lagu Kuncung yang dipopulerkan oleh Didi Kempot mengingtakanku pada Simbah/Pakde dan Paklik yang menjadi tukang cukur di Pasar Krendetan.

Letak tukang cukur di Pasar Krendetan terletak dipojok belakang sebelah wetan. Letaknya bersebelahan dengan Tukang Pande Besi, Jual-Beli Kambing ( yen wong Bagelen nyebutnya Kewedusan ).


Saat ini kalau tidak salah terdapat 4 tukang cukur, yang notabene usia-usianya sudah tidak muda lagi. Yang jelas saya gak tau pasti kenapa alasannya belum/tidak ada re-generasi untuk hal ini. Mungkin anak muda sekarang atau seangkatan saya merasa kurang "sreg" untuk hal ini ataukah ada alasan lain.


Sedikit cerita masa lalu, hampir pasti setiap anak kecil yang cukur disana akan dicukur "bathok". Cukuran model ini adalah yang paling populer dulu kala. Semua rambuat akan dibabat habis dan hanya ditinggalkan "secuil saja" diatas ubun-ubun. Makanya orang-orang bilang kalau mode ini sebagai mode cukur "bathok".


Dan ternyata sekarang-pun masih lumayan banyak yang cukur model ini. Dan dengan harga mur-mer, hanya Rp. 5.000,- perak saja kita bisa cukur.

7 comments: