Friday, December 14, 2007

Bagelen Economic Review ……Part 2

Kalau dalam tulisan saya sebelumnya, saya sempat membahas masalah kehidupan petani yang sampai saat ini belum banyak beranjak dari ekonomi yang masih sedikit morat-marit. Dalam tulisan kali ini saya akan mengulas perihal beberapa pasar yang ada di Bagelen sebagai sentra perdagangan dan barometer kemajuan ekonomi Bagelen.

Setidaknya saya mencatat ada tiga buah pasar yang ada di Bagelen dan dua buah pasar yang ada disekitar Bagelen ( Pasar Purwodadi dan Pasar Jenar ). Pasar-pasar yang ada di Bagelen al :

- Pasar Krendetan
- Pasar Kalirejo
- Pasar Soka ( Soko)

Dari ketiga pasar tersebut, Pasar Krendetan-lah yang memegang peranan penting dalam kegiatan jual-beli / transaksi kebutuhan harian warga Bagelen. Pasar Krendetan bisa dikategorikan sebagai pasar kecamatan, pasar ini terletak persis pada jalur ramai ( Jalur Purworejo – Jogja ). Disamping sebagai pasar kecamatan, pasar ini sangat ditunjang oleh strategisnya letak pasar, karena mudah dijangkau oleh warga Bagelen yang akan melakukan transaksi Jual – Beli.

Di pasar Krendetan ini, hampir semua komoditas ekonomi diperjual belikan. Mulai dari kebutuhan pokok, kelapa, hewan ternak ( kambing dan ayam) sampai kepada jajanan pasar yang memang banyak kita jumpai disini. Pasar Krendetan dibagi menjadi beberapa “los” atau semacam cubical yang berukuran besar dan panjang. Los ini berbentuk bangunan dengan ketinggian sekitar 60 cm dari permukaan tanah (dibuat semacam panggung) dan ketinggian atap sekitar 3 mtr dari permukaan tanah. Disinilah pedagang menggelar barang dagangannya untuk dijual kepada masyarakat yang memubutuhkan.

Aktivitas jual beli ini akan ramai bila memasuki hari pasaran, yaitu setiap hari Rabu dan Sabtu. Pada hari ini transaksi jual beli sudah dimulai dari jam 03.00 WIB, yaitu dimana para pedagang kelapa menunggu warga yang akan menjual kelapanya.

Sedangkan aktivitas jual beli yang lain, akan mulai ramai pada pukul 08.00 dan akan mencapai puncaknya pada pukul 09.00 – 10.00 WIB. Boleh dibilang denyut kehidupan ekonomi mencapai klimaksnya pada jam tersebut diatas. Terakhir, yang saya sempat tahun harga kelapa adalah Rp. 750,-/butir . Artinya seorang “hanya” akan mendapatkan Rp. 75.000,- jika dia bisa menjual 100 butir kelapa. Padahal untuk bisa menjual 100 butir ini, petani harus menunggu selama 3-6 bulan.

Sempat beberapa kali saya mengamati kegiatan ekonomi ini (tentunya pada saat saya lagi mudik)……..saya melihat banyak hal menarik yang bisa kita renungkan. Saya sempat melihat proses jual beli kelapa, yang ternyata tidak cukup hanya 10 menit bertransaksi sebelum mencapai kata sepakat, proses tawar-menawarnya yang lumayan alot walaupun hanya untuk menyepakati kenaikan harga Rp. 50,-/butir atau ada pedagang kambing dengan ciri khan mereka, celana hitam komprang dan topi hitam bundar.

Aktivitas jual-beli ini menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua warga Bagelen, karena disinilah uang mengalami perputaran. Menurut taksiran saya, pada setiap hari pasaran, jumlah uang yang beredar tidak lebih dari 40 juta. Kecil khan…..tapi hal ini sangat berpengaruh dalam perekonomian Bagelen.

Namun sebagai penggerak roda perekonomian di Bagelen, keberadaan pasar Krendetan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi dalam kondisi perekonomian yang cenderung kurang berpihak kepada warga miskin/pra sejahtera, pasar merupakan jalan untuk bisa menjual hasil pertaniannya yang akan digunakan untuk menopang kehidupan.

Dengan keberadaan pasar ini, secara tidak langsung telah membuka lapangan pekerjaan bagi warga Bagelen pada umumnya dan Krendetan pada khusunya. Sebagi contoh, saat ini ada sekitar 7-8 tukang becak yang mangkal di pasar Krendetan. Padahal awalnya hanya 2 orang saja, masyarakat sekitar pasar-pun tidak ketinggalan dengan berjualan makanan kecil dan minuman hangat. Ada juga yang menjadi tukang parker motor/mobil.
Walaupun tidak bisa mnyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak, keberadaan pasar ini bisa mengurangi angka pengangguran yang ada di Bagelen. Harapan kedepan, semoga akan muncul calon-calon pebisnis-pebisnis kecil (syukur bisa besar) yang akan bisa mengangkat derajat perekonomian Bagelen dan khususnya bisa membawa masyarakat Bagelen beranjak dari Pra Sejahtera menjadi Sejahtera. Hal ini tentu saja akan menekan laju Urbanisasi dan akan bisa membangun Bagelen menuju masayarakat Adil dan Makmur. Amin.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, December 12, 2007

Efektifitas Subsidi BBM

Beberapa waktu belakangan ini kita sering mendengar istilah Sejahtera dan Pra Sejahtera, dimana hal ini dikaitkan dengan adanya bantuan subsidi dari Pemerintah Pusat yang bernilai Rp. 100.000,-/ bulan untuk keluarga yang dikategorikan Pra Sejahtera. Mungkin bagi sebagian orang yang mampu, nilai diatas tidaklah seberapa. Namun bagi penduduk yang dikategorikan Pra Sejahtera, nilai Rp. 300.000,-/3 bulan sangatlah membantu. Beragam hal bisa dilakukan dengan uang tersebut dan dianggap sebagi rejeki “Tiban” selayaknya mendapatkan durian runtuh.

Dalam hal ini Pemerintah minimbang bahwa dengan diberikannya subsidi ini akan membamtu meringankan beban penduduk akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang nilainya lumayan fantastis. Namun dalam prakteknya dilapangan, banyak kendala yang menjadikan pemberian subsidi ini menjadi Pro dan Kontra. Pastinya hal ini menjadi lumrah jika ditanggapi dengan bijaksana dan kepala dingin.Namun kadangkala hanya gara-gara berselisih masalah ini, kultur kekeluargaan yang sudah terbangun sekian puluh tahun akan hilang dalam sekejab.

Pro atau setuju bagi yang terdaftar dan mendapatkan subsidi, sehingga ybs merasa dapat durian runtuh. Kontra bagai yang tidak terpilih dan merasa masuk dalam kategori Pra Sejahtera, namun tidak juga mendapatkan subsidi. Tidak sedikit yang akhirnya menjadikan permusuhan, antara warga yang tidak terdaftar namun mengaku Pra Sejahtera dengan aparat desa (dalam hal ini RT). Dan juga adanya warga yang seharusnya tidak mendapatkan subsidi ini namun ikut menikmati subsidi karena faktor “kedekatan” dengan aparat desa atau bahkan masih merupakan family. Hal ini tidak hanya terjadi pada masyarakat Bagelen, namun juga masyarakat dihampir seluruh pelosok negeri tercinta ini.

Banyak pertanyaan yang akhirnya muncul berkaitan dengan pemberian subsidi ini, antara lain :
- Benarkah dengan pemberian Subsidi BBM ini efektif untuk meningkatkan “kesejahtaraan penduduk ?
- Apakah sudah benar mekanisme pemilihan penduduk yang menerima subsidi ?

Dengan pemberian cash money / uang tunai yang dianggap sebagi “rejeki tiban”, banyak dari penduduk yang langsung memanfaatkan untuk keperluan membayar sekolah, renovasi rumah dan bahkan ada yang digunakan untuk keperluan yang tidak semestinya seperti membeli TV, Radio dan bahkan perhiasan. Hanya sekian persen saja yang digunakan untuk keperluan yang bersifat produktif, semisal membeli ternak, unggas atau modal usaha.

Kenapa bisa terjadi ? Faktor merasa akan ada lagi subsidi tersebut dijadikan alas an mengapa banyak dari penduduk yang tidak menggunakan dana dari subsidi BBM ini dijadikan sebagai modal usaha. Memang nilainya tidaklah berjuta-juta, namun setidaknya kalau penduduk “creative” pasti akan melihat peluang usaha yang menjanjikan.

Sebagai ilustrasi saja dan mempunyai peluang untuk kedepannya adalah dengan beternak kambing. Apakah dengan modal Rp. 300.000,-/ 3 bulan cukup dijadikan modal awal. Jawaban ya....dengan nilai uang diatas, kita bisa belikan anakan kambing dengan harga Rp. 200.000,- s.d Rp. 250.000,-. Tergantung kita ingin yang bisa dijual kembali atau ingin kita kembang biakkan. Pengalaman ini sudah dijalankan oleh keluarga saya dan alkhamdulillah berhasil sampai bisa menyekolahkan saya dan bekerja seperti saat ini.

Sehingga dalam pemberian subsidi BBM ini akan lebih efektif jika pemerintah memberikan dalam bentuk pinjaman lunak agar bisa dikembangkan. Hal ini sudah terbuki dengan keberhasilan Bangladesh dengan Grameen Bank milik M Yunus yang dapat meningkatkan kesejahteraan warga miskin di Bangladesh menjadi warga produktif dan tentunya bisa menaikkan PDB mereka.

Tahun 1986, Pemerintah Orde Baru membagikan kambing gratis kepada warga. Kebetulan keluarga kami termasuk salah satu yang mendapatkan bantuan tersebut. Perjanjian pembagian kambing tersebut adalah, jika kambing tersebut melahirkan maka anak dari kambing tersebut (1 ekor) akan dikembalikan ke pemerintahan desa untuk dibagikan kepada warga lain yang belum menerimanya. Dari tahun-ketahun, kambing yang kami pelihara berkembang dengan baik dan sudah menghasilkan uang yang lumayan, sehingga bisa mencukupi kebutuhan menyekolahkan saya. Hal ini tentunya positif karena pemerintah tidak hanya memberikan ”ikan” namun memberikan ”kail” agar warga juga bisa ikut andil dalam kesuksesan.

Pola ini menurut saya lebih cocok untuk saat ini, dibandingkan dengan pemberian dalam bentuk tunai. Dan......munkinkah kita bisa mempelajari pola-pola yang diterapkan oleh M Yunus dengan Grameen Banknya....untuk diaplikasikan di Indonesia ini....Semoga

[+/-] Selengkapnya...

Friday, December 7, 2007

Bagelen Economic Review…..part 1

Judulnya sih keren abis…kayak di Metro TV….soalnya aku penggemar program ini. Tapi aku tidak akan membahas masalah programnya Metro TV namun akan mencoba me Review Bagelen dari segi Ekonomi.
Kalau dilihat dari demography warga Bagelen saat ini, mata pencaharian sebagai petani masih menduduki persentase tertinggi, artinya sebagian besar warga Bagelen masih menggantungkan pendapatannya dari bercocok tanam, baik di sawah, ladang dan hutan. Pada golongan kaum petani ini, khususnya mereka yang menggarap sawah, yaitu didaerah Bagelen, Bapangsari, Somorejo, Tlogokotes, Krendetan, Bugel, Kalirejo, Piji, Kemanukan dan beberapa daerah lain, pendapatan perkapitanya tidaklah mengalami kenaikan yang cukup significant. Meskipun saat ini harga Gabah Kering Giling (GKG) yang ditetapkan oleh Pemerintah mengalami kenaikan, namun dalam kenyataanya belum bisa mengangkat / mendongkrak pendapatan petani ke arah perbaikan yang cukup baik. Hal ini mungkin lebih diperparah dengan naiknya harga BBM (Bahan Bakar Minyak), yang secara tidak langsung mengakibatkan naiknya juga harga kebutuhan pokok, seperti Beras, Gula, Minyak Goreng. Kalau dikalkulasikan, dengan kenaikan harga GKG, tidak banyak membantu mensejahterakan petani, karena kenaikan harga kebutuhan pokok lebih tinggi.

Kalau dilihat secara makro, hal ini tidak terlalu menggembirakan karena masih banyaknya warga petani (khususnya penggarap) yang masih berada dalam kategori Pra Sejahtera.

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat melakukan dialog dengan beberapa petani penggarah sawah, baik yang memiliki sawah garapan atau hanya buruh penggarap (sample sekitar 15 orang dan berdomisili didaerah Bagelen dan Krendetan). Dimana kesimpulannya adalah untuk saat ini kondisi petani memang berada pada kondisi yang lumayan kritis. Kenapa ???? ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini, al :

-
Mayoritas dari petani sawah, menggantungkan sekali kepada kondisi curah hujan. Sehingga
hasil panen tidak bisa diprediksikan (tergantung kepada curah hujan). Khususnya dibeberapa
desa di Bagelen yang tidak/belum memiliki sarana irigasi yang bagus / bisa diandalkan untuk
mengairi sawah.
- Kenaikan harga BBM sangat berpengaruh kepada kenaikan kebutuhan pokok, yang
menyebabkan tingginya biaya produksi petani (biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menanam satu komoditas )
- Biaya hidup yang semakin tinggi, hal ini karena dampak dari inflasi yang tiap tahunnya rata-
rata 6 %.

Dari kondisi diatas, tidak heran jika hal ini mengakibatkan tingginya angka urbanisasi ke kota-kota besar. Dimana mereka berharap bisa mendapatkan sumber penghidupan yang lebih baik.
Fenomena tersebut, hampir dirasakan oleh semua petani penggarap sawah yang berada diwilayah Bagelen, meskipun ada juga yang sukses karena bertani. Untuk kategori yang sukses ini boleh dibilang hanya sekian persen saja. Hal ini dikarenakan mereka mampu melihat peluang untuk mendiversifikasikan hasil taninya, spt menanam Cabai Keriting, Jeruk dan beberapa sayuran yang lain.

Tapi bagaimanapun hal ini tetap menjadi tanggung jawab bersama antara swasta dan pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk mengembangkan beberapa komoditas yang memiliki potensi pasar yang cukup baik.

Padahal Bagelen memiliki potensi sumber daya alam yang memang sapai saat ini belum dikembangkan secara maximal. Hal ini tentunya akan bisa meningkatkan PDB (Product Domestic Bruto) warga Bagelen. Salah satu komoditas yang mungkin bisa lebih dikembangkan adalah Tepung Tapioka (Tepung Singkong) dan Tepung Maizena (Tepung Jagung). Dengan begitu luasnya area yang bisa ditanami untuk kedua jenis komoditas ini (Singkong dan Jagung), kemungkinan besar akan bisa mensuplai kebutuhan akan kedua tepung tersebut. Apa benefitnya jika Investor menanamkan modalnya di Bagelen :

- Tersedianya supply bahan baku yang banyak
- Labor Cost masih rendah
- Potensi untuk pengambangan produk lain terbuka lebar
- Acces jalan raya yang sudah tersedia dengan baik

Namun jika pemerintah Kabupaten Purworejo dan Pemerintah Kecamatan Bagelen bisa mendatangkan Investor Swasta yang akan membangun pabrik untuk kedua komoditi tersebut diatas akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi Bagelen. Apalagi jika pemerintah bisa memberikan insentif-insentif yang bagus, seperti :

- Kemudahan untuk mengurus perijinan
- Menjamin tidak adanya praktek-praktek pungli
- Menjamin tidak adanya gejolak-gejolak perburuhan

Hal ini tentu saja akan berdampak sangat positif, khususnya bisa mengurangi angka pengangguran dan meminimalisasi jumlah urbanisasi ke daerah perkotaan.

Dan yang paling penting adalah memacu kreativitas petani untuk melakukan diversifikasi hasil pertaniannya yang bisa membawa petani keluar dari garis kemiskinan / pra sejahtera.

Semoga hal ini bisa terwujud, walaupun tidak secepatnya. Namun harapan itu akan selalu ada untuk bisa membangun Bagelen menuju Sejahtera. Amin

[+/-] Selengkapnya...

Friday, November 30, 2007

Seandainya di Bagelen dibangun Stasiun Kereta……(mungkinkah jadi kenyataan)


Pertanyaan ini selalu terngiang ditelinga saya dalam akhir-akhir ini. Setidaknya dalam beberapa kali lebaran, penumpukan penumpang bis (untuk arus balik) sangat fantastis. Bahkan disebuah agen bis Sumber Alam di Bakungan dalam satu harinya bisa memberangkatkan 3 buah bis sekaligus.

Menurut cerita dari Kakek saya dan bukti yang ada, ternyata dulu kala didaerah Bagelen pernah berdiri Stasiun Kauman. Letak bangunan Stasiun Kauman ini sendiri terletak didusun Kauman, Kel. Bagelen. Tepatnya adalah dijalan yang menuju ke Masjid Besar Kauman atau KUA Bagelen.


Memang saat ini sudah ada stasiun kereta yang dekat dengan Bagelen, yaitu stasiun Jenar, namun karena untuk menjangkau stasiun Jenar harus dua kali naik mobil, jadinya tidak banyak calon penumpang yang naik dan turun dari stasiun kereta ini.

Sebagai gambaran, saat ini kereta api yang melewati Bagelen kearah Jojga dan sebaliknya al :
- KA Ekonomi Progo
- KA Bisnis Senja Utama YK
- KA Bisnis Senja Utama Solo
- KA Ekonomi Solo Balapan
- Dan masih ada beberapa KA lagi

Mungkin tidak harus stasiun besar, namun hanya stasiun kecil, yang tidak harus punya jenis KA sendiri yang harus diberangkatkan dari sini. Dengan adanya stasiun ini, pastinya akan merubah laju perekonomian di Bagelen. Walaupun untuk mencari BEP (Break Event Point) dari berdirinya stasiun ini perlu waktu yang mungkin lebih dari 5 tahun, namun untuk kedepannya akan menjadikan Bagelen menjadi daerah yang maju dikemudin hari.

Setidaknya dalam pemikiran saya, nantinya Stasiun Bagelen akan banyak digunakan oleh warga Bagelen (yg mayoritas adalah perantau). Stasiun Bagelen cukup sebagai stasiun transit saja yang berguna untuk pemberangkatan dan turunnya penumpang saja. Penumpang bisa membeli tiket distasiun ini, khususnya untuk kereta-kereta ekonomi atau bisnis yang lewat. Apalagi jika diadakan kereta feeder untuk ke stasiun besar Kutoarjo sehingga para penumpang yang akan naik di stasiun Kutoarjo bisa membeli tiket di stasiun Bagelen ini.

Dan belakangan ini juga marak dengan kereta komuter, dan dengan dibangunnya stasiun Bagelen ini nantinya bisa melayani route Kutoarjo – Jenar – Bagelen – Temon – Wates – Sentolo – Jogja – Solo. Dengan KA komuter ini, akan banyak membantu warga Bagelen jika akan berkunjung ke Jogja dan Solo.

Menurut perhitungan yang saya buat dibawah ini, kelihatannya Bagelen cukup potential untuk dibukanya stasiun transit. Dal am satu minggu lebaran saja jumlah warga bagelen yang harus kembali ke Jakarta dan sekitarnya banyak sekali. Dalam sehari saja, dari beberapa agen penjualan tiket bisa memberangkatkan 3-4 bis yang isinya 54 orang. Artinnya jika didaerah sekitar Bagelen ada 3 agen bis, jadinya ada sekitar 400-an penumpang yang berangkat dalam sehari. Bukankah ini angka yang potensial untuk digarap oleh PT. KAI. Belum lagi jika dengan hadirnya kereta Komuter.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, November 28, 2007

Pertelon Bagelen

Bukan merupakan warga Bagelen kalau sampai tidak tahu pertelon Bagelen. Ya…salah satu lokasi Bagelen yang banyak diingat orang adalah pertelon Bagelen. Sebenarnya istilah kata "pertelon" adalah dari kata "telu" yang artinya tiga. Secara keseluruhan arti dari pertelon Bagelen adalah pertigaan.

Kalau kita dari arah Purworejo, pertelon Bagelen ini hanya sekitar 500 m dari jembatan sungai Bogowonto. Tepatnya berada di Jl. Jogja Km. 11 – Bagelen.

Ya….pertelon Bagelen adalah pertigaan yang memisahkan jalan yang menuju Porwokerto/Purworejo dan jalan menuju Kalirejo/Kemanukan. Lokasi pertelon Bagelen ini merupakan jalur pembuka jika kita akan menuju daerah dataran tinggi di Bagelen. Akan sangat gampag untuk mengetahui dimana lokasi pertelon Bagelen ini. Soalnya diarena pertelon Bagelen ini dibangun tunggu tugu yang diatasnya bertengger patung Kambing Etawa dan Durian.

Orang Bagelen pasti setuju jika salah satu hal yang khas dari pertelon Bagelen ini adalah Warung Mbah Kariyo Ndongong (alm). Salah satu warung yang sangat terkenal bagi siapa saja yang sempet mampir dan ngaso dipertelon ini. Nah….di warung mbah Karyo ini, kita bisa mendapatkan satu paket nasi rames + es teh manis dengan harga yang sangat murah. Waktu itu, pelanggan yang paling banyak ada sopir truk, termasuk aku juga lho….. Soalnya hanya dengan uang Rp. 1.000,- saja waktu itu sudah bisa mendapatkan sepiring nasi + gending ayam + sayur daun singkong + es teh manis. Dulu, sekitar tahun 1995-1996 hampir seminggu sekali saya makan diwarung makan Mbah Kariyo ini.

Dahulu kala, ketika saya SD dan SMP (sekitar tahun 1990-an), setiap 17 Agustusan, di lokasi ini (tepatnya didepan kantor Pos dan Giro Bagelen) diadakan pentas seni yang diisi oleh penampilan dari berbagai SMP yang ada di Bagelen. Pada acara pentas ini, hamper dipastikan warga Bagelen akan berbondong-bondong untuk datang dan menonton acara ini. Namun seiring perkembangan jaman, saat ini pentas seni tidak dilakukan lagi dilokasi pertelon Bagelen ini.

Nah..bagi teman-teman yang akan berkunjung ke daerah Kemanukan, Piji, Soko di pertelon Bagelen-lah bis 3/4 yang akan mengantar ke tujuan ini berhenti/ngetem.

Oh ya….pertelon Bagelen akan berubah menjadi lokasi pasar duren yang banyak diserbu orang manakala panen durian tiba. Di pertelon Bagelen ini tiba-tiba menjadi lokasi yang sangat ramai. Banyak bermunculan pedagang duren musiman yang menjual duren yang dihasilkan dari daerah yang ada di Bagelen. Duren yang dijual dipertelon Bagelen ini biasanya disupply dari daerah Sokoagung, Kaliagung, Kalirejo dan Somongari. Duren yang dijual dipertelon Bagelen ini sangat terkenal kelezatannya, bahkan tidak jarang orang yang lewat jalur Jogja – Purwokerto ini mampir ke pertelon Bagelen ini untuk menikmati lezatnya duren Bagelen.

Pertelon Bagelen dulu dan kini (setelah 12 tahun) tidak banyak mengalami perubahan. Lokasi itu banyak sekali meninggalkan kesan dihampir semua warga Bagelen. Disebelah kanan (arah dari Jogja) masih berdiri kokoh bangungan kantor Pos dan Giro Bagelan, disebelah Kantor Pos dan Giro Bagelen masih juga bangunan Koramil Bagelen. Warung-warung yang ada disekitar pertelon Bagelen juga masih ada. Di depan warung, berdiri bangunan semi permanent yang digunakan untuk berteduh tukang-tukang ojek.

Dibangunan ini pula pedangang duren musiman akan menggelar daganganya manakala musim durian tiba. Yang berubah hanya disamping kiri jalan, saat ini sudah berdiri ruko-ruko yang digunakan sebagai lokasi bisnis ( Kios Phone, Bengkel Motor dan warung).

Disamping pertelon Bagelen ini pula sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh bangunan SMEA PGRI Bagelen. Disinilahlah saya mengeyam pendidikan tingkat atasnya selama 3 (tiga) tahun. Walaupun hanya SMEA di level kecamatan, tapi SMEA PGRI Bagelen ini termasuk yang disegani di kab. Purworejo.

Oh ya..hampir kelupaan, salah satu ciri lagi dari pertelon Bagelen ini adalah dokar atau delman. Alat transportasi ini sampai sekarang masih ada dan menjadi salah satu angkutan yang digunakan oleh banyak warga Bagelen, khususnya warga yang berdomisli di daerah Kalirejo.

Oh ya….sampai disini dulu ya…sekali lagi, Bageleb tetap menjadikan tempat dimana aku akan selalu ingat dan akan kembali lagi. Hidup Bagelen….

Bekasi- tengah malam

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, November 14, 2007

Purworejo dari HP-ku

Oleh-oleh...dan buat obat kangen sama Purworejo


") Pojok Micky Mouse pas siang hari


") Jalan masuk ke Pasar Baledono

[+/-] Selengkapnya...

Bakso Pak No.....

Ketika saya masih bersekolah di SMEA PGRI Bagelen, sekitar tahun 1995 saya sudah mengenal Bakso Pak No. Aku taunya hanya Pak No, utk nama panjangnya sih gak tau apakah SumarNo, TukiNo atau siapalah. Dimana sih Bakso Pak No berada...letaknya sangat strategis, yaitu didepan toko Busana Ramai (dibawah pohon Asem Gede).

Ya...tetelan mungkin akan lebih familiar ditelinga kita dari pada kita bilang daging. Sejak tahun ’95 saya menjadi pelanggan tetap bakso Pak No. Waktu itu hampir setiap saya pulang kursus Bahasa Inggris di ECC – Pojok Terminal Lama, saya mampir untuk menikmati hangat dan pedasnya Bakso Pak No. Waktu itu harga satu mangkok bakso Pak No hanya dibandrol Rp. 2.000,-/mangkok. Murah lah...dengan tetelan penuh dan 6 biji bakso. Wah pokoknya jan sedap tenan.

Ada yg tidak berubah, walaupun waktu sudah berganti sekitar 12 tahun saya merantau. Pak No tetap murah senyum dan ramah. Ketika kemarin saya makan baksonya lagi...pertama kali yang keluar dari mulutnya ”Monggo mas...bade ngersakke nopo”,sambut Pak No dengan senyuman yang khas. ”Baksone kalih pak, sekalian tetelane menopo taksih wonten”, jawabku langsung. (Soalnya perutku sudah laper).
”Wah mas...tetelane mpun telas mas, anu ngenjang mawon pinarak mriki malih”, jawab Pak No segera. Waduh padahal ini salah satu ciri khas bakso pak No.

Niat hati jauh-jauh dari Krendetan ke Purworejo karena sekalian dari beli tiket Bis, saya harus menyantap baksonya Pak No yang tetelannya banyak. Namun apa boleh dikata, tetelannya ”wis enthek”. Akhirnya dengan terpaksalah saya nikmati bakso tersebut walau tanpa tetelan.

Karena masih ”dendam” keesokan harinya saya parani lagi baksonya Pak No untuk merasakan tetelannya. ”Pakno, baksone setunggal kalih tetelanne , nggih”, pintaku. ”Lho..mas dereng sios wangsul ngilen to...”, tanya Pak No. ”Dereng Pak, lha wong kulo dereng nyicipi tetelanne kok”, jawabku gak mau kalah. Akhirnya dihidangkan juga semangkok Bakso Pak No. Tidak ada yg beda, baik rasa, kualitas, penyajian. Yang beda hanya harganya yg sudah Rp. 4.500,-/mangkok.
Dan ternyata, menurut info dari Pak No, hari itu juga ada salah satu pelanggan lamanya yg saat ini tinggal di Rawa Lumbu – Bekasi yang pesen 1000 biji dan pelanggan lama yang memanfaatkan momentum ’pulkam’ utk mencicipi kembali Bakso Pak No.

[+/-] Selengkapnya...

Monday, November 12, 2007

Bagelen ketika lebaran....

Kayaknya saya tidak lelah untuk menceritakan kondisi Bagelen. Mudik kemarin, menjadi mudik yg kurang sedap karena saya mendapatkan telp. Dari kantor dan harus pulang kembali ke Jakarta secepatnya......walaupun baru 1,5 hari dirumah.

Btw...masalah mudik kayaknya gak perlu saya ceritakan, tpi hal yang terjadi di Bagelen selama lebaran kemarin mungkin perlu sedikit saya tuangkan kali ini.

Bagelen tiba-tiba menjadi ramai akan orang-orang yang setahun sekali kembali menengok sisi dari tempat dimana mereka dilahirkan, termasuk saya.

Cobalah tengok kedai Bakso Pak Man dan Pak Min...pasti akan penuh sesak dengan mereka yang akan menikmati hangatnya Bakso. Atau ke Pasar Krendetan pada hari Rabu dan Sabtu...akan banyak wajah-wajah yg sedikit asing (karena jarang kelihatan) ikut memenuhi pasar untuk sekedar belanja makanan atau ikut Orang Tua atau Sanak Saudara mereka yang sedang berbelanja.

Nah...saya melihat ada beberapa hal yang sedikit menarik perhatianku dan akan aku ulas....:

Lek Madi Grobak yang mejadi penjaga perlintasa KA.
Bagi orang Krendetan semacam saya pasti akan kenal yang namanya Madi Grobak. Lho...kok ada Grobaknya...ya, karena dulu kala profesi dari Lek Madi adalah sais Grobak (walaupun ini kayaknya sekarang sudah tidak lagi). Paling tidak pada saat Lebaran kemarin orang yang menggunakan jalan yang menuju Bugel, Kediren, Sembir dan Kauman harus mengakui jasa Lek Madi karena telah menjagakan pintu pelintasan kereta api disebelah barat pasar Krendetan. Ya...banyak dari pengguna jalan ini yang memberikan sedikit uang ala kadarnya atas Jasa Lek Madi ini ( btw...saya nggak tau apakah ada honor dari PJKA atau tidak). Yang jelas profesi ini muncul pada saat Lebaran tiba, karena beberapa kali pada saat saya lewat dan tidak pada hari lebaran...perlintasan ini tidak dijaga. Terima kasih lek......

Penuhnya Angkudes Jalur 30
Ini juga diluar kebiasaan, dimana pada hari biasa jumlah penumpang angkudes jalur 30 sedikit sekali. Saya pernah ngobrol dengan salah seorang supir angkot (Mas Kimin dan Mas Jabrik) bahwa penghasilan mereka saat ini menurun drastis. Hal ini dikarenakan dengan naiknya tarif angkutan, orang yang naik tidak terlalu banyak dan ditambah dengan banyaknya orang yang sudah memiliki sepeda motor.
Pada lebaran kemarin (walaupun hanya seminggu) semua teori diatas terbantahkan. Lho..kok..iya karena mau nunggu angkudes tersebut harus nunggu lama sekali..itupun kadangkala harus berdiri atau nggandul. Banyaknya orang yg akan bepergian membuat angkot tsb selalu penuh pada setiap trip-nya. Hal ini tentu saja sangat disyukuri oleh pengemudi angkot. Bagi mereka ini adalah rejeki Lebaran.
Banyaknya Mobil dan Motor secara tiba-tiba
Ini juga merupakan fenomena tersendiri, kaum urban (kebanyakan berplat nomor B )yg mudik biasanya akan membawa mobil pribadi (atau sewaan ya) dan motor untuk pulang kampung. Tiba-tiba kalau kita lihat puluhan atau bahkan ratusan kendaraan parkir dirumah-rumah yang ada di Bagelen. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan status ekonomi atau sosial ketika berada diperantauan.
Dan.......yg lebih parah ketika kita mau nyebrang jalan raya saja mesti nunggu 15-30 menit lho. Hal ini karena Bagelen termasuk jalur ramai menuju Jogjakarta dan Solo disamping bisa melalui jalur Mageleng.

Nah....diatas hanya sekelumit mengenai Bagelen pada saat lebaran...yang tentunya masih sangat banyak lagi untuk diceritakan.

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, July 24, 2007

Selayang pandang.....

Beberapa waktu yg lalu saya sempet mengambil gambar beberapa sudut Purworejo....
Ini adalah Jembatan Timbang yang terletak didekat Terminal Bis Purworejo


Dibawah ini adalah salah satu sudut perempatan STM Negeri Purworejo


Dibawah ini adalah Tukang Becak di dekat Sta. KA Kutoarjo

Nah...yg ini adalah foto Kandang Wedus dirumahku...














[+/-] Selengkapnya...

Friday, July 20, 2007

Unggahan atau Munggahan

Sebuah tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Kec. Bagelen. Tradisi tersebut lebih dikenal dengan kata ”Unggahan”. Kata Unggahan ini sendiri berasal dari kata ”munggah” atau naik dan kita bisa mengartikan Unggahan berarti munggah (persiapan memasuki) ke bulan Suci Ramadhan.

Tradisi unggahan ini sendiri dilaksanakan mulai dari seminggu sebelum memasuki bulan Suci Ramadhan. Dan paling banyak adalah malam pertama Bulan Suci Ramadhan.

Seperti apa sih tradisi ini....(khususnya yang terjadi di Dusun Nadri, Desa Krendetan, Kec. Bagelen)

Tradisi unggahan dimulai ketika masyarakat beramai-ramai Ziarah kubur. Ziarah kubur ini dimaksudkan agar kita senantiasa mengingat akan kematian. Ziarah kubur ini berlangsung paling ramai dilakukan adalah seminggu sebelum kita memasuki Bulan Suci Ramadhan. Bahkan sebagian perantau akan pulang kampung khusus untuk ziarah kubur ini.

Setelah selesai Ziarah kubur, biasanya para penduduk secara berkelompok akan membuat nasi beserta lauk-pauk dan sayurnya untuk kenduri atau lebih sering disebut ”selametan”. Lokasi selametan akan dipilih ditempat orang yang dituakan/pak Kyai. Pak Kyai atau orang yang dituakan akan mempimpin Zikir dan Doa. Zikir dan Doa ini tentu saja dialamatkan kepada para Leluhur, Orang Tua, Kerabat dan Saudara yang sudah meninggal terlebih dahulu. Setelah Zikir dan Berdoa, para penduduk akan menikmati sajian bersama yang dibawa oleh masing-masing orang. Ada tradisi makanan yang tidak boleh terlupa...yaitu Apem atau Serabi. Saya yakin Anda pasti tahu apa itu Apem atau Serabi khan...

Dan sebelum mereka kembali kerumah masing-masing, salah seorang penduduk akan menukar bawaan yang dibawa oleh masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana keadilan dan merata.

Setelah acara selametan selesai, para penduduk akan bersama menuju masjid atau mushola untuk menunaikan sholat tarawih berjamaah. Suasana gembira-pun terpancar dari para penduduk, dimana mereka akan menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan.

Unggahan ini sampai sekarang masih dilakukan, ada beberapa makna yang terkandung didalamnya (berdasarkan pengamatan saya):

Bersyukur kepada Allah SWT, hal ini dibuktikan dengan adanya Selametan
Mengingat kematian, hal ini dibuktikan dengan Ziarah Kubur
Mempererat tali Silaturahmi dan kekeluargaan
Mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Suci Ramadhan

[+/-] Selengkapnya...

Bagelen ketika aku sekolah di SDN Somorejo.........

Sudah lebih dari 11 tahun aku meninggalkan Bagelen utk merantau di Bekasi. Namun kenangan akan kec. Bagelen ini tidak akan pernah luntur/hilang sampai kapanpun. Ada banyak kenangan yang terus akan teringat dan akan selalu saya ingat.

Berikut ini sedikit akan coba saya paparkan perihal Kec. Bagelenku.

- Ketika saya berada di SDN Somorejo (1984-1990).

Kondisi Bagelen waktu itu masih lumayan sepi, angkutan ke Purworejo dilayani dengan angkutan jenis Elf atau masyarakat lebih mengenal sebagai Engkel. Tarif waktu itu, kalau tidak salah adalah Rp. 300,- utk sekali perjalanan ke Purworejo. Mungkin pada masa ini saya tidak bisa banyak bercerita karena sayapun jarang bepergian. Ada hal yang menarik dan sangat kita tunggu-tunggu setiap tahun-nya, yaitu Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI yang dilaksanakan di Lap. Singser ( sekarang Lap. SD Semawung). Kenapa kita-tunggu-tunggu.....Ya..karena disini setelah upacara bendera kita akan menyaksikan kesenian tradisional kuda kepang atau yang lebih populer kita sebut ”Jathilan”. Biasanya Jathilan dari Krendetan akan digabung dengan Jathilan dari Desa Somorejo.

Pada masa ini juga jembatan sungai Bogowonto (yang sekarang dipakai) dibangun. Saya masih inget sekali ketika waktu itu saya bermain dibawah jembatan lama sungai Bogowonto pada saat pembangunan jembatan yang baru. Waktu itu saya mendapatkan potongan besi yng besarnya sama dengan tangan saya, walaupun cuman sepanjang 10 cm.

Pasar Krendetan sebagai salah satu tempat transaksi terbesar yang ada dikecamatan Bagelen. Waktu itu masih belum seperti kondisi sekarang, yang jelas kendaraan belum seramai dan sepadat sekarang ini.

Oh..ya, waktu itu kalau aku sakit, aku akan berobat di Puskesmas pembantu yang berada disamping pasar Krendetan. Dan Bu Bidan Satinem-lah yang akan mengobati. Mau tau tarifnya...hanya Rp. 300,-/utk setiap pendaftaran. Murah khan......Ada satu kejadian yang sampai kapanpun akan selalu saya ingat, yaitu ketika saya akan disuntik karena sakit, Bu Bidan bilang ”Kamu jangan gerak-gerak ya, nanti jarum suntiknya patah didalam lho”kata bu Bidan. Inilah kata-kata yang sampai sekarang bikin saya trauma dengan jarum suntik. Hehehehehe...

Nah....untuk hiburan yang paling digemari waktu itu adalah film/layar tancep, tpi tidak semalaman lho. Film waktu itu hanya sekali putar. Itupun diselingi dengan jualan dulu lho..dari jualan Rokok, Jamu, Penyedap Rasa dll. Tempatnya adalah di Lapangan Singser (Sekarang lap. SD Semawung). Pada pentas film ini bisa ribuan pengunjung dari hampir seluruh desa di Bagelen lho.....

[+/-] Selengkapnya...

Friday, July 13, 2007

Kok...ada kecelakaan lagi di Bagelen sich...

Setidaknya berita itu beberapa hari ini banyak menghiasai hampir semua berita yang ada di bumi Indonesia ini. Hal ini dikarenakan terjadinya kecelakaan ”adu kambing” antara truk pengangkut semen dan Toyota Kijang yang ditumpangi komidian H Muhammad Taufik atau yang kita kenal sebagai Taufik Savalas.

Lokasi tersebut tepat di pertigaan yang akan menuju Nadri dan Somorejo, atau warga setempat sering menyebutnya sebagai Buh Ireng.

Pagi itu begitu mendengar berita di TV saya terhenyak dan seolah tidak percaya. Lagi-lagi kecelakaan merenggut nyawa banyak orang (tiga orang meninggal dunia).

Ada beberapa hal yang bisa saya analisa dari kecelakaan ini.

Kondisi Jalan didaerah Bagelen
Bagelen dilalui jalan Provinsi sepanjang +/- 12 km, yang membujur dari jembatan Bogowonto sampai Tapal Batas. Kondisi terakhir jalanan diwilayah Bagelen sudah banyak yang kondisinya rusak atau tidak rata. Hal ini juga memicu terjadinya kecelakaan La-Lin.
Yang tidak kalah penting adalah kurangnya rambur-rambu yang menujukkan kondisi jalan didaerah Bagelen. Kondisi ini boleh dibilang sangat kurang membantu bagi pengemudi luar daerah yang memasuki Bagelen. Coba saja ..jika suatu saat Anda berkendara di Bagelen diatas jam 20.00 WIB, suasana akan terasa sepi dan kondisi jalan yang relatif gelap.

Faktor Human Error
Alasan ini banyak sekali diambil oleh sebagian orang untuk mencari kambing hitam jika terjadi kecelakaan lalu-lintas. Adalah kecelakaan yang menewaskan Taufik Savalas kemarin...coba kita melihat dan pelajari kronologinya dan simpulkan siapa yang salah. (ini saya sarikan dari beberapa tayangan di stasiun TV Swasta)
” Truk semen tsb kelebihan beban sekitar 14 ton dari maximum beban yang diijinkan. Kok bisa......ya bisa karena sisupir (Sumanto) telah memberikan uang damai kepada Oknum penimbangan sebesar Rp. 25.000,-.”
Secara otomatis truk tersebut susah dikendalikan karena membawa beban yang berlebih dan kondisi Rem tidak mampu menahan laju kendaraan. Trus dalam hal ini siapa yang harus disalahkan......Ingat rumus fisika yg dulu diajarakn di SMP.
Kondisi ini diperparah dengan fisik pak Supir yang sudah capek,lelah, ngantuk dsb...dan masih harus kejar setoran agar kiriman bisa sampai sesuai jadual.


Faktor Kendaraan
Mau tidak mau hal ini juga merupakan salah satu penyebab kecelakaan, Kenapa ?? Banyak kendaraan yg kita pakai tidak kita perhatikan perawatannya, baik secara periodik ataukah insendentil. Mungkin kita bisa mulai dari hal sepele sebelum kita melakukan perjalanan jauh. Apa saja yang harus kita perhatikan :

- Cek Kondisi Rem, baik depan maupun belakang
- Cek Kondisi Ban, apakah sudah gundul ataukah masih bagus
- Cek kondisi kelistrikan, Lampu Depan, Lampu Rem, Lampu Sein
- Cek Kondisi air Accu
- Cek kondisi baut ataukah sekrup yag ada

Nah...dari semua hal tsb, ada yang tidak boleh kita lupa bila akan berkendara :
- Selalu waspada, karena kecelakaan Lalu-Lintas bisa menimpa siapa saja
- Selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan
- Tidak arogan atau anarkis dijalanan

[+/-] Selengkapnya...

Bagelen...dimana sich....



Nah...bagi Anda yang belum tahu dimana itu Bagelen, berikut ini saya berikan gambarannya yang saya ambil dari Google Maps.. (ini dari jarak 1km)


Bagelen dilewati oleh kali besar yaitu Kali Bogowonto.
Gambar berikut ini adalah Bagelen dilihat dari jarak 2 km (source Google Maps


Gambar dibawah ini adalah Bagelen jika dilihat dari jarak 50 km (Source Google Maps)


Pada gambar diatas, Bagelen hanyalah sebuah titik dari besarnya pulau Jawa



Nah..gambar dibawah ini adalah Bagelen jika dilihat dari ketinggian 100 km (source Google Maps)



Ok....saya yakin Anda mulai paham dimana Bagelen itu....Pada gambar terakhir Anda akan lebih tahu posisi Bagelen diantara Seluruh Pulau-Pulau yg ada di Indonesia


Ya....disanalah letaknya Bagelen....

Sebuah Kecamatan di selatan Purworejo.








[+/-] Selengkapnya...

Sunday, July 8, 2007

Yuk…..Mudik Lebaran ke Bagelen………………….Part I

Dari berbagai literature dan buku yang pernah saya baca, tradisi mudik pada saat Lebaran atau Idul Fitri hanya ada di Indonesia. Dan salah satunya adalah di Kab. Purworejo….Kalau boleh dibilang hampir 40-50 % penduduk Purworejo akan merantau selepas sekolah, baik itu SMA atau Universitas.

Nah….apa hubungannya dengan mudik ke Bagelen……sama dengan halnya diatas, banyak juga penduduk Kec. Bagelen yang merantau. Dugaan saya, paling banyak adalah merantau ke Jakarta dan sekitarnya. Termasuk saya yang merantau ke Bekasi sejak 11 tahun yang lalu. Eitttttttt tpi jangan salah lho….beberapa teman saya ada yang merantau sampai Kalimantan dan Irian Jaya.

Kapan biasanya tradisi ini dimulai…??? Biasanya mudik atau orang lebih suka menyebut “Pulkam” alias Pulang Kampung dimulai pada seminggu sebelum hari Raya Idul Fitri / Lebaran. Mudik akan mencapai puncaknya dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri / Lebaran.

Ada chemistry yang sangat kuat yang mendorong perantau untuk mudik……..Saya pernah membuat catatan al :

· Di lebaran inilah kita akan melakukan “Sungkem” terhadap Orang Tua kita
· Tradisi berkumpul dengan sanak saudara, teman dan orang tua
· Dan…..yg paling ditunggu adalah kita bisa Shalat Ied di daerah asal kita bersama dengan Keluarga.

Ada berbagai moda transportasi yang dipakai pada saat kita mudik Lebaran, yaitu :
· Bis
· Kereta Api
· Charter Wisata, ini biasanya pakai Travel
· Pesawat
· Sepeda Motor
· Mobil Pribadi

Namun…dua tahun kebelakang ini, Sepeda Motor cenderung mendominasi alat transportasi yang digunakan untuk mudik lebaran. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya motor dengan plat nomor “B”yang bersliweran di kec. Bagelen. Lho…kok saya tau…ya jelas karena mudik dengan sepeda motor sudah saya lakukan sebanyak 5 lebaran. Ada satu “pride” bila kita mudik dengan sepeda motor, karena hal ini sedikit menunjukkan suatu keberhasilan pemudik di perantauan.

Nah….disaat lebaran ini juga kita nanti akan melihat fenomena sesaat dimana beberapa lokasi di Kec. Bagelen akan menjadi tempat terjadinya transaksi uang dengan nilai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Dimana itu…..Bakso Pak Min dan Bakso Pak Man, disanalah terjadinya transaksi itu terjadi.
Anda bisa bayangkan, dibakso Pak Min dalam satu hari bisa menjual > 1000 mangkok, kalau asumsi harga permangkok adalah Rp. 4.000,- berate sehari akan memperolah minimal Rp. 4.000.000,-. Wah…..suatu nilai yang sangat lumayan khan.

Kembali ke Mudik…., saya akan mencoba untukmenggambarkan beberapa pengalaman saya berkaitan dengan mudik yang sudah 10 kali saya lakukan. Ada banyak kejadian yang selalu akan membekas dan tidak mugkin akan saya lupa…..

Paling seru dan paling melelahkan adalah ketika saya mudik tahun 1998, ketika itu saya dan beberapa rekan sedaerah memutuskan untuk naik bis Sumber Alam. Tepat empat hari sebelum lebaran kami ssudah siap-siap mudik. Tas besar dengan oleh-oleh yg lumayan, baju setrikaan ‘mlipit’ dan tentu saja pakai sepatu plus parfum yg lumayan ok……hehehehe. Waktu itu saya masih tinggal di Rawa Panjang, sementara pool bis berada di Pondok Ungu. Dengan gaya yg okem, saya berangkat ke pool Sumber Alam, tepat jam tiga sore…saya dan rombongan (tiga orang teman) sudah sampai. Tapi…busyet..ternyata disana juga sudah ribuan orang yang akan menggunakan bis ini. Jadilah kita berebutan naik………..Begitu bis datang,langsung naik dan beli tiket diatas. Sekitar jam setengah empat, bis yang kita tunggu akhirnya datang juga. Harapan-nya sih naik AC atau paling tidak Patas yg tempat duduknya 2-2, eeeeeeeeeeeeee gak taunya yang datang bis yg lumayan tua alias utk trayek Antar Kota Dalam Propinsi. Bayangkan saja, bis yang sudah uzur tersebut harus mengangkut 60 orang penumpang, mana kondisinya pun sudah tua…..

Dengan susah payah akhirnya kami berhasil naik dan tepat jam empat sore bis berangkat, normalnya sih 12 jam sampai di Pasar Krendetan. Nah..kejadian tidak mengenakkan dimulai ketika bis memasuki daerah Karawang Barat. Jalan Tol Cikampek waktu itu macet total plus hujan deras sekali. Rasanya seperti disekap dalam kardus, macet selama 4 jam dengan kaca harus tertutup ditambah dengan banyaknya yang merokok didalam bis……..pokoknya jan kacau. Kalau boleh teriak..waktu itu saya akan teriak…..

Ini belum seberapa…..lhoooo, lepas dari tol Cikampek, bis hanya melaju dengan kecepatan max. 60 km/jam ditambah beberapa kali macet dan mogok. Akhirnya dengan sudah payah jam 08.00 WIB, bis sampai di Bumiayu. Disinipun macetnya luar biasa…..tiga jam macet, panas dan sumpek. Wis pokoe bau kringat, campur aduk dengan asap rokok. Mumet…………….

Dan…..akhirnya setelah menempuh perjalanan 24 jam, bis memasuki Bagelen….. Turun dari bis laksana habis perang…wajah kuyu, bau kringat, baju kummel………pokoke jan koyo gembel persis….

Bayangkan saja 24 jam alias dua dua hari…gak mandi, keringatan……Nah..inilah kisah yg akan selalu saya ingat…..kisah mudik yg lain akan saya beberkan pada Mudik Part II

[+/-] Selengkapnya...

Gula Jawa…………..

Menyadap nira untuk dijadikan gula merah atau gula jawa merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Bagelen. Nah…tentu saja hal ini membutuhkan kerja keras untuk menjadikan air nira atau dalam bahasa Bagelen disebut ‘Legen’ menjadi gula merah yang siap dipasarkan dipasar Krendetan.

Bagaiman prosesnya untuk membuat gulan jawa……Anda mau tahu…

Pertama-tama kita harus memilih pohon kelapa yang sudah siap mengeluarkan bunga /manggar. Kemudian tutup manggar atau ‘mancung’ dibuka agar manggar bias diiris tipis-tipis dengan menggunakan sabit yang sangat tajam. Kemudian dari manggar yang diiris tipis-tipis tersebut diberi tempat dari bamboo untuk menampung air nira yang akan keluar.

Tempat ini biasa kita sebut sebagai ‘bumbung’ yang terbuat dari potongan bambu yang cukup besar.

Proses pengambilan bumbung yang sudah berisi nira ini dilakukan sehari dua kali, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Orang Bagelen menyebut kegiatan ini dengan istilah ‘Nderes’. Walaupun dalam kondisi hujan, kegiatan rutin ini tidak boleh ditinggalkan karena akan membuat ‘legen’ atau air nira menjadi basi dan tidak bias dibuat menjadi gula jawa/merah.

Kemudian setelah legen diambil dari pohon, legen akan dimasak kurang lebih 2-3 jam agar legen berubah menjadi pekat. Kemudian …masih dalam keadaan panas dicetak dalam batok kelapa agar terbentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Kemudian proses pengerasan/pendinginan dengan cara didiamkan. Proses ini memakan waktu 1-1,5 jam. Nah…setelah keras jadilah gula jawa seperti yang kita jumpai.

Mata pencaharian Nderes ini banyak dilakukan diaerah lereng pegunungan dan sudah menjadikan kegiatan rutin tiap hari. Bahkan ada orang yang sehari-harinya harus menyadap nira dari 60-70 pohon, artinya dia harus naik turun pohon kelapa sebanyak jumlah pohon dikali 2……Hebat ya….dan keuletannya yang membuat salut. Bahkan tidak sedikit dari hasil nderes ini banyak keluarga yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai tingkat atas bahkan perguruan tinggi. Termasuk saya yang hanya anaknya Wong Nderes….tpi saya bangga dengan orang tua saya….Terima kasih Bpak dan Ibu

[+/-] Selengkapnya...

Saturday, March 31, 2007

Lanting......Makanan Khas Bagelen

Lanting......Makanan Khas Bagelen


Bagelen juga terkenal dengan beberapa makanan khas yang ….ehmmmmmmm rasanya sungguh nikmat dan gurih. Sebut saja ”krimpying” atau lebih populer dengan sebutan ”lanting”....

Nah seperti apa sih dan bagaiman rasanya Lanting ini....

Lanting terbuat dari singkong dengan rasa asin gurih dan bentuknya seperti cincin. Ada beberapa desa di Bagelen yang penduduknya membuat lanting, Desa Krendetan, Desa Bagelen dan Desa Bugel. Desa yang terakhir..desa Bugel lanting sudah menjadi semacam komoditas mata pencaharian hampir separo dari penduduk desa ini.

Saat ini lanting biasa dibuat menjadi 2 (dua) macam, yaitu lanting yang diikat pakai bambu yng telah dibuat semcam tali yang tipis dan lanting yang dibuat dan dijual dalam bentuk kiloan.....

Lanting ini cocok jika dimakan sebagai teman minum teh tubruk...walau agak keras, tapi gurih...Ada yng bentuknya seperti cincin kecil (biasanya dibuat warna merah dan putih) dan ada juga yg berbentuk lingkaran agak besar (warnanya coklat – natural).

Harga perkilo/kemasan-pun tidak terlalu mahal...Anda cukup merogoh kocek cekitar Rp. 6.500,- sudah bisa mendapatkan 1 kg lanting.

Nah....saat ini distribusi lanting sudah hampir merata diseluruh Bagelen, Anda bisa membeli dipasar Krendetan atau beberapa Pasar yang ada disekitar Bagelen, sperti pasar Jenar atau pasar Purwodadi...

Tunggu apa lagi.....ayo buruan beli ke Bagelen....

[+/-] Selengkapnya...

Apa yang khas dari Bagelen

Bagelen....sangat identik dengan "pesarean" atau mungkin bekas peninggalan seseorang yang dianggap cikal bakalnya Bagelen...

Adalah saat ini Pesarean Nyi Bagelen yang terletak didekat sungai Bogowonto selalu ramai dikunjungi penyiarah yang akan mencari berkah. Apalagi jika malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon..akan semakin banyak yang datang kesini.

Tentu saja hal ini menambah pendapatan penduduk sekitar dengan berjualan bunga dan "geblek". Anda tau Geblek....bagi masyarakat Bagelen, Geblek sudah tidak asing lagi, panganan ini terbuat dari singkong dan rasanya yang gurih dan kenyal. Apalagi jika dimakan sebagai teman teh tubruk...wah jan enak tenan..

Orang yang datang ke pesarean percaya, bahwa nantinya permintaannya akan dikabulkan. Pesarean ini sangat mudah dijangkau, karena semua kendaraan yang akan ke Jogja atau Purwokerto melewati daerah ini..tepatnya sekitar Km 10 jika dari arah Purworejo atau setelah jembatan sungai Bogowonto.

Dari semua desa yang ada di Bagelen, hampir masing-masing desa punya ciri khas tersendiri. Hal ini tergambar jelas, karena disamping makanan tentu saja budaya leluhurnya (walaupun saat ini sudah hampir punah).

Sperti Krendetan...sangat terkenal dengan pasarnya. Hari Rabu dan Sabtu pasar Krendetan selalu dipenuhi pedagang dan pembeli yang melakukan transaksi, baik jual beli hewan ternak maupun kebutuhan sehari-hari.

Kemudian desa Bugel, didesa ini Lanting atau lebih populernya disebut Krimpying banyak dibuat, salah satunya adalah Lanting Yu Kas. Disamping rasanya yng gurih dan cocok sebagai oleh-oleh, Lanting tidak mengandung bahan kimia alias aman untuk dikonsumsi.

Nah....yag tidak ketinggalan lagi adalah Durian. Desa-desa seperti Semagung, Sokoagung, Kalirejo dan beberapa desa dipegunungan Bagelen menghasilkan Durian yang sangat gurih dan lezat. Makanya....penggemar Durian pasti akan teringat Durian dari Bagelen. Jika mulai musim durian, banyak sekali penikmat durian yang akan datang kesini.

Dan yang tidak boleh ketinggalan adalah Kambing / Wedus Etawa. Kambing ini sangat terkenal karena besarnya hampir sama dengan anak sapi. Nah...karena uniknya kambing ini, diarea pertigaan/pertelon Bagelen terdapat Patung Kambing dan Durian.

Nah...,

Makanya ayoooo berkunjung ke Bagelen ya......

[+/-] Selengkapnya...

Saturday, March 24, 2007

Anak-anakku

Tak terasa...saat ini anakku sudah dua orang, Ica dan Affan. Padahal baru kemarin rasanya aku nikah......

Ica tahun ini sudah masuk SD dan Affan ....gemuk, sehat dan lucu. Cewek dan Cowok yg adatnya sama-sama keras...hehehe kayak aku kali ya...

Ica lahir di Purworejo, Desember 2001...saat ini sudah tumbuh menjadi anak yg cerdas...walaupun kadang bikin aku jengkel. Tpi aku bangga dan bersyukur...dalam usianya saat ini dia sudah banyak aku ajarin mengenai komputer...

Affan....ini jagoanku yg bikin ibu2 komplek gregetan..Saat ini kulitnya lumayan agak coklat, padahal waktu lahir putih..kenapa ya apa mungkin karena pengaruh air diperumahanku.

Saat ini berat jagoanku udah 10 kg...gemuk, sehat dan montok.

Anak-anakku lah yg bikin aku smangat dalam bekerja....

Jerih payah Bapakmu untuk kamu Nak...smoga kelak kamu menjadi anak yg Sholeh dan Sholehah berbakti kepada Agama, Nusa dan Bangsanya..Amin


Ya Roob.....kabulkanlah doaku ini...

[+/-] Selengkapnya...

Dhuha......


Ya Allah....jadikanlah dalam waktu Dhuha, hambamu senantiasa sujud kepadamu...

[+/-] Selengkapnya...

Bagelen

Pernahkan Anda mengenal Bagelen.......,

Bagelen merupakan kecamatan paling selatan yang ada di Kab. Purworejo yang berbatasan dengan DIY. Desa Dadirejo merupakan salah satu desa paling selatan di Kec. Bagelen yang berbatasan langsung dengan DIY.

Seperti halnya kecamatan-kecamatan yang lain, mayoritas penduduk Bagelen adalah bertani disawah tadah hujan. Hal ini dikarenakan belum adanya pengairan yang bisa digunakan untuk mengairi sawah-sawah yang ada.

Bagelen dialiri oleh sebuah sungai besar, yaitu sungai Bogowonto yang akan menuju laut selatan. Lebar sungai Bogowonto lebih dari 100 m. Hal ini bisa dibuktikan pada saat Anda akan menuju ke Jogja, Anda akan melewati jembatan sungai Bogowonto. Sungai ini juga sekaligus merupakan batas kecamatan Bagelen dengan beberapa kecamatan disebelah baratnya, seperti Purwodadi dan Jenar.

[+/-] Selengkapnya...

[+/-] Selengkapnya...