Tuesday, July 24, 2007

Selayang pandang.....

Beberapa waktu yg lalu saya sempet mengambil gambar beberapa sudut Purworejo....
Ini adalah Jembatan Timbang yang terletak didekat Terminal Bis Purworejo


Dibawah ini adalah salah satu sudut perempatan STM Negeri Purworejo


Dibawah ini adalah Tukang Becak di dekat Sta. KA Kutoarjo

Nah...yg ini adalah foto Kandang Wedus dirumahku...














[+/-] Selengkapnya...

Friday, July 20, 2007

Unggahan atau Munggahan

Sebuah tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Kec. Bagelen. Tradisi tersebut lebih dikenal dengan kata ”Unggahan”. Kata Unggahan ini sendiri berasal dari kata ”munggah” atau naik dan kita bisa mengartikan Unggahan berarti munggah (persiapan memasuki) ke bulan Suci Ramadhan.

Tradisi unggahan ini sendiri dilaksanakan mulai dari seminggu sebelum memasuki bulan Suci Ramadhan. Dan paling banyak adalah malam pertama Bulan Suci Ramadhan.

Seperti apa sih tradisi ini....(khususnya yang terjadi di Dusun Nadri, Desa Krendetan, Kec. Bagelen)

Tradisi unggahan dimulai ketika masyarakat beramai-ramai Ziarah kubur. Ziarah kubur ini dimaksudkan agar kita senantiasa mengingat akan kematian. Ziarah kubur ini berlangsung paling ramai dilakukan adalah seminggu sebelum kita memasuki Bulan Suci Ramadhan. Bahkan sebagian perantau akan pulang kampung khusus untuk ziarah kubur ini.

Setelah selesai Ziarah kubur, biasanya para penduduk secara berkelompok akan membuat nasi beserta lauk-pauk dan sayurnya untuk kenduri atau lebih sering disebut ”selametan”. Lokasi selametan akan dipilih ditempat orang yang dituakan/pak Kyai. Pak Kyai atau orang yang dituakan akan mempimpin Zikir dan Doa. Zikir dan Doa ini tentu saja dialamatkan kepada para Leluhur, Orang Tua, Kerabat dan Saudara yang sudah meninggal terlebih dahulu. Setelah Zikir dan Berdoa, para penduduk akan menikmati sajian bersama yang dibawa oleh masing-masing orang. Ada tradisi makanan yang tidak boleh terlupa...yaitu Apem atau Serabi. Saya yakin Anda pasti tahu apa itu Apem atau Serabi khan...

Dan sebelum mereka kembali kerumah masing-masing, salah seorang penduduk akan menukar bawaan yang dibawa oleh masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana keadilan dan merata.

Setelah acara selametan selesai, para penduduk akan bersama menuju masjid atau mushola untuk menunaikan sholat tarawih berjamaah. Suasana gembira-pun terpancar dari para penduduk, dimana mereka akan menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan.

Unggahan ini sampai sekarang masih dilakukan, ada beberapa makna yang terkandung didalamnya (berdasarkan pengamatan saya):

Bersyukur kepada Allah SWT, hal ini dibuktikan dengan adanya Selametan
Mengingat kematian, hal ini dibuktikan dengan Ziarah Kubur
Mempererat tali Silaturahmi dan kekeluargaan
Mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Suci Ramadhan

[+/-] Selengkapnya...

Bagelen ketika aku sekolah di SDN Somorejo.........

Sudah lebih dari 11 tahun aku meninggalkan Bagelen utk merantau di Bekasi. Namun kenangan akan kec. Bagelen ini tidak akan pernah luntur/hilang sampai kapanpun. Ada banyak kenangan yang terus akan teringat dan akan selalu saya ingat.

Berikut ini sedikit akan coba saya paparkan perihal Kec. Bagelenku.

- Ketika saya berada di SDN Somorejo (1984-1990).

Kondisi Bagelen waktu itu masih lumayan sepi, angkutan ke Purworejo dilayani dengan angkutan jenis Elf atau masyarakat lebih mengenal sebagai Engkel. Tarif waktu itu, kalau tidak salah adalah Rp. 300,- utk sekali perjalanan ke Purworejo. Mungkin pada masa ini saya tidak bisa banyak bercerita karena sayapun jarang bepergian. Ada hal yang menarik dan sangat kita tunggu-tunggu setiap tahun-nya, yaitu Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI yang dilaksanakan di Lap. Singser ( sekarang Lap. SD Semawung). Kenapa kita-tunggu-tunggu.....Ya..karena disini setelah upacara bendera kita akan menyaksikan kesenian tradisional kuda kepang atau yang lebih populer kita sebut ”Jathilan”. Biasanya Jathilan dari Krendetan akan digabung dengan Jathilan dari Desa Somorejo.

Pada masa ini juga jembatan sungai Bogowonto (yang sekarang dipakai) dibangun. Saya masih inget sekali ketika waktu itu saya bermain dibawah jembatan lama sungai Bogowonto pada saat pembangunan jembatan yang baru. Waktu itu saya mendapatkan potongan besi yng besarnya sama dengan tangan saya, walaupun cuman sepanjang 10 cm.

Pasar Krendetan sebagai salah satu tempat transaksi terbesar yang ada dikecamatan Bagelen. Waktu itu masih belum seperti kondisi sekarang, yang jelas kendaraan belum seramai dan sepadat sekarang ini.

Oh..ya, waktu itu kalau aku sakit, aku akan berobat di Puskesmas pembantu yang berada disamping pasar Krendetan. Dan Bu Bidan Satinem-lah yang akan mengobati. Mau tau tarifnya...hanya Rp. 300,-/utk setiap pendaftaran. Murah khan......Ada satu kejadian yang sampai kapanpun akan selalu saya ingat, yaitu ketika saya akan disuntik karena sakit, Bu Bidan bilang ”Kamu jangan gerak-gerak ya, nanti jarum suntiknya patah didalam lho”kata bu Bidan. Inilah kata-kata yang sampai sekarang bikin saya trauma dengan jarum suntik. Hehehehehe...

Nah....untuk hiburan yang paling digemari waktu itu adalah film/layar tancep, tpi tidak semalaman lho. Film waktu itu hanya sekali putar. Itupun diselingi dengan jualan dulu lho..dari jualan Rokok, Jamu, Penyedap Rasa dll. Tempatnya adalah di Lapangan Singser (Sekarang lap. SD Semawung). Pada pentas film ini bisa ribuan pengunjung dari hampir seluruh desa di Bagelen lho.....

[+/-] Selengkapnya...

Friday, July 13, 2007

Kok...ada kecelakaan lagi di Bagelen sich...

Setidaknya berita itu beberapa hari ini banyak menghiasai hampir semua berita yang ada di bumi Indonesia ini. Hal ini dikarenakan terjadinya kecelakaan ”adu kambing” antara truk pengangkut semen dan Toyota Kijang yang ditumpangi komidian H Muhammad Taufik atau yang kita kenal sebagai Taufik Savalas.

Lokasi tersebut tepat di pertigaan yang akan menuju Nadri dan Somorejo, atau warga setempat sering menyebutnya sebagai Buh Ireng.

Pagi itu begitu mendengar berita di TV saya terhenyak dan seolah tidak percaya. Lagi-lagi kecelakaan merenggut nyawa banyak orang (tiga orang meninggal dunia).

Ada beberapa hal yang bisa saya analisa dari kecelakaan ini.

Kondisi Jalan didaerah Bagelen
Bagelen dilalui jalan Provinsi sepanjang +/- 12 km, yang membujur dari jembatan Bogowonto sampai Tapal Batas. Kondisi terakhir jalanan diwilayah Bagelen sudah banyak yang kondisinya rusak atau tidak rata. Hal ini juga memicu terjadinya kecelakaan La-Lin.
Yang tidak kalah penting adalah kurangnya rambur-rambu yang menujukkan kondisi jalan didaerah Bagelen. Kondisi ini boleh dibilang sangat kurang membantu bagi pengemudi luar daerah yang memasuki Bagelen. Coba saja ..jika suatu saat Anda berkendara di Bagelen diatas jam 20.00 WIB, suasana akan terasa sepi dan kondisi jalan yang relatif gelap.

Faktor Human Error
Alasan ini banyak sekali diambil oleh sebagian orang untuk mencari kambing hitam jika terjadi kecelakaan lalu-lintas. Adalah kecelakaan yang menewaskan Taufik Savalas kemarin...coba kita melihat dan pelajari kronologinya dan simpulkan siapa yang salah. (ini saya sarikan dari beberapa tayangan di stasiun TV Swasta)
” Truk semen tsb kelebihan beban sekitar 14 ton dari maximum beban yang diijinkan. Kok bisa......ya bisa karena sisupir (Sumanto) telah memberikan uang damai kepada Oknum penimbangan sebesar Rp. 25.000,-.”
Secara otomatis truk tersebut susah dikendalikan karena membawa beban yang berlebih dan kondisi Rem tidak mampu menahan laju kendaraan. Trus dalam hal ini siapa yang harus disalahkan......Ingat rumus fisika yg dulu diajarakn di SMP.
Kondisi ini diperparah dengan fisik pak Supir yang sudah capek,lelah, ngantuk dsb...dan masih harus kejar setoran agar kiriman bisa sampai sesuai jadual.


Faktor Kendaraan
Mau tidak mau hal ini juga merupakan salah satu penyebab kecelakaan, Kenapa ?? Banyak kendaraan yg kita pakai tidak kita perhatikan perawatannya, baik secara periodik ataukah insendentil. Mungkin kita bisa mulai dari hal sepele sebelum kita melakukan perjalanan jauh. Apa saja yang harus kita perhatikan :

- Cek Kondisi Rem, baik depan maupun belakang
- Cek Kondisi Ban, apakah sudah gundul ataukah masih bagus
- Cek kondisi kelistrikan, Lampu Depan, Lampu Rem, Lampu Sein
- Cek Kondisi air Accu
- Cek kondisi baut ataukah sekrup yag ada

Nah...dari semua hal tsb, ada yang tidak boleh kita lupa bila akan berkendara :
- Selalu waspada, karena kecelakaan Lalu-Lintas bisa menimpa siapa saja
- Selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan
- Tidak arogan atau anarkis dijalanan

[+/-] Selengkapnya...

Bagelen...dimana sich....



Nah...bagi Anda yang belum tahu dimana itu Bagelen, berikut ini saya berikan gambarannya yang saya ambil dari Google Maps.. (ini dari jarak 1km)


Bagelen dilewati oleh kali besar yaitu Kali Bogowonto.
Gambar berikut ini adalah Bagelen dilihat dari jarak 2 km (source Google Maps


Gambar dibawah ini adalah Bagelen jika dilihat dari jarak 50 km (Source Google Maps)


Pada gambar diatas, Bagelen hanyalah sebuah titik dari besarnya pulau Jawa



Nah..gambar dibawah ini adalah Bagelen jika dilihat dari ketinggian 100 km (source Google Maps)



Ok....saya yakin Anda mulai paham dimana Bagelen itu....Pada gambar terakhir Anda akan lebih tahu posisi Bagelen diantara Seluruh Pulau-Pulau yg ada di Indonesia


Ya....disanalah letaknya Bagelen....

Sebuah Kecamatan di selatan Purworejo.








[+/-] Selengkapnya...

Sunday, July 8, 2007

Yuk…..Mudik Lebaran ke Bagelen………………….Part I

Dari berbagai literature dan buku yang pernah saya baca, tradisi mudik pada saat Lebaran atau Idul Fitri hanya ada di Indonesia. Dan salah satunya adalah di Kab. Purworejo….Kalau boleh dibilang hampir 40-50 % penduduk Purworejo akan merantau selepas sekolah, baik itu SMA atau Universitas.

Nah….apa hubungannya dengan mudik ke Bagelen……sama dengan halnya diatas, banyak juga penduduk Kec. Bagelen yang merantau. Dugaan saya, paling banyak adalah merantau ke Jakarta dan sekitarnya. Termasuk saya yang merantau ke Bekasi sejak 11 tahun yang lalu. Eitttttttt tpi jangan salah lho….beberapa teman saya ada yang merantau sampai Kalimantan dan Irian Jaya.

Kapan biasanya tradisi ini dimulai…??? Biasanya mudik atau orang lebih suka menyebut “Pulkam” alias Pulang Kampung dimulai pada seminggu sebelum hari Raya Idul Fitri / Lebaran. Mudik akan mencapai puncaknya dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri / Lebaran.

Ada chemistry yang sangat kuat yang mendorong perantau untuk mudik……..Saya pernah membuat catatan al :

· Di lebaran inilah kita akan melakukan “Sungkem” terhadap Orang Tua kita
· Tradisi berkumpul dengan sanak saudara, teman dan orang tua
· Dan…..yg paling ditunggu adalah kita bisa Shalat Ied di daerah asal kita bersama dengan Keluarga.

Ada berbagai moda transportasi yang dipakai pada saat kita mudik Lebaran, yaitu :
· Bis
· Kereta Api
· Charter Wisata, ini biasanya pakai Travel
· Pesawat
· Sepeda Motor
· Mobil Pribadi

Namun…dua tahun kebelakang ini, Sepeda Motor cenderung mendominasi alat transportasi yang digunakan untuk mudik lebaran. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya motor dengan plat nomor “B”yang bersliweran di kec. Bagelen. Lho…kok saya tau…ya jelas karena mudik dengan sepeda motor sudah saya lakukan sebanyak 5 lebaran. Ada satu “pride” bila kita mudik dengan sepeda motor, karena hal ini sedikit menunjukkan suatu keberhasilan pemudik di perantauan.

Nah….disaat lebaran ini juga kita nanti akan melihat fenomena sesaat dimana beberapa lokasi di Kec. Bagelen akan menjadi tempat terjadinya transaksi uang dengan nilai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Dimana itu…..Bakso Pak Min dan Bakso Pak Man, disanalah terjadinya transaksi itu terjadi.
Anda bisa bayangkan, dibakso Pak Min dalam satu hari bisa menjual > 1000 mangkok, kalau asumsi harga permangkok adalah Rp. 4.000,- berate sehari akan memperolah minimal Rp. 4.000.000,-. Wah…..suatu nilai yang sangat lumayan khan.

Kembali ke Mudik…., saya akan mencoba untukmenggambarkan beberapa pengalaman saya berkaitan dengan mudik yang sudah 10 kali saya lakukan. Ada banyak kejadian yang selalu akan membekas dan tidak mugkin akan saya lupa…..

Paling seru dan paling melelahkan adalah ketika saya mudik tahun 1998, ketika itu saya dan beberapa rekan sedaerah memutuskan untuk naik bis Sumber Alam. Tepat empat hari sebelum lebaran kami ssudah siap-siap mudik. Tas besar dengan oleh-oleh yg lumayan, baju setrikaan ‘mlipit’ dan tentu saja pakai sepatu plus parfum yg lumayan ok……hehehehe. Waktu itu saya masih tinggal di Rawa Panjang, sementara pool bis berada di Pondok Ungu. Dengan gaya yg okem, saya berangkat ke pool Sumber Alam, tepat jam tiga sore…saya dan rombongan (tiga orang teman) sudah sampai. Tapi…busyet..ternyata disana juga sudah ribuan orang yang akan menggunakan bis ini. Jadilah kita berebutan naik………..Begitu bis datang,langsung naik dan beli tiket diatas. Sekitar jam setengah empat, bis yang kita tunggu akhirnya datang juga. Harapan-nya sih naik AC atau paling tidak Patas yg tempat duduknya 2-2, eeeeeeeeeeeeee gak taunya yang datang bis yg lumayan tua alias utk trayek Antar Kota Dalam Propinsi. Bayangkan saja, bis yang sudah uzur tersebut harus mengangkut 60 orang penumpang, mana kondisinya pun sudah tua…..

Dengan susah payah akhirnya kami berhasil naik dan tepat jam empat sore bis berangkat, normalnya sih 12 jam sampai di Pasar Krendetan. Nah..kejadian tidak mengenakkan dimulai ketika bis memasuki daerah Karawang Barat. Jalan Tol Cikampek waktu itu macet total plus hujan deras sekali. Rasanya seperti disekap dalam kardus, macet selama 4 jam dengan kaca harus tertutup ditambah dengan banyaknya yang merokok didalam bis……..pokoknya jan kacau. Kalau boleh teriak..waktu itu saya akan teriak…..

Ini belum seberapa…..lhoooo, lepas dari tol Cikampek, bis hanya melaju dengan kecepatan max. 60 km/jam ditambah beberapa kali macet dan mogok. Akhirnya dengan sudah payah jam 08.00 WIB, bis sampai di Bumiayu. Disinipun macetnya luar biasa…..tiga jam macet, panas dan sumpek. Wis pokoe bau kringat, campur aduk dengan asap rokok. Mumet…………….

Dan…..akhirnya setelah menempuh perjalanan 24 jam, bis memasuki Bagelen….. Turun dari bis laksana habis perang…wajah kuyu, bau kringat, baju kummel………pokoke jan koyo gembel persis….

Bayangkan saja 24 jam alias dua dua hari…gak mandi, keringatan……Nah..inilah kisah yg akan selalu saya ingat…..kisah mudik yg lain akan saya beberkan pada Mudik Part II

[+/-] Selengkapnya...

Gula Jawa…………..

Menyadap nira untuk dijadikan gula merah atau gula jawa merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Bagelen. Nah…tentu saja hal ini membutuhkan kerja keras untuk menjadikan air nira atau dalam bahasa Bagelen disebut ‘Legen’ menjadi gula merah yang siap dipasarkan dipasar Krendetan.

Bagaiman prosesnya untuk membuat gulan jawa……Anda mau tahu…

Pertama-tama kita harus memilih pohon kelapa yang sudah siap mengeluarkan bunga /manggar. Kemudian tutup manggar atau ‘mancung’ dibuka agar manggar bias diiris tipis-tipis dengan menggunakan sabit yang sangat tajam. Kemudian dari manggar yang diiris tipis-tipis tersebut diberi tempat dari bamboo untuk menampung air nira yang akan keluar.

Tempat ini biasa kita sebut sebagai ‘bumbung’ yang terbuat dari potongan bambu yang cukup besar.

Proses pengambilan bumbung yang sudah berisi nira ini dilakukan sehari dua kali, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Orang Bagelen menyebut kegiatan ini dengan istilah ‘Nderes’. Walaupun dalam kondisi hujan, kegiatan rutin ini tidak boleh ditinggalkan karena akan membuat ‘legen’ atau air nira menjadi basi dan tidak bias dibuat menjadi gula jawa/merah.

Kemudian setelah legen diambil dari pohon, legen akan dimasak kurang lebih 2-3 jam agar legen berubah menjadi pekat. Kemudian …masih dalam keadaan panas dicetak dalam batok kelapa agar terbentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Kemudian proses pengerasan/pendinginan dengan cara didiamkan. Proses ini memakan waktu 1-1,5 jam. Nah…setelah keras jadilah gula jawa seperti yang kita jumpai.

Mata pencaharian Nderes ini banyak dilakukan diaerah lereng pegunungan dan sudah menjadikan kegiatan rutin tiap hari. Bahkan ada orang yang sehari-harinya harus menyadap nira dari 60-70 pohon, artinya dia harus naik turun pohon kelapa sebanyak jumlah pohon dikali 2……Hebat ya….dan keuletannya yang membuat salut. Bahkan tidak sedikit dari hasil nderes ini banyak keluarga yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai tingkat atas bahkan perguruan tinggi. Termasuk saya yang hanya anaknya Wong Nderes….tpi saya bangga dengan orang tua saya….Terima kasih Bpak dan Ibu

[+/-] Selengkapnya...