Friday, November 30, 2007

Seandainya di Bagelen dibangun Stasiun Kereta……(mungkinkah jadi kenyataan)


Pertanyaan ini selalu terngiang ditelinga saya dalam akhir-akhir ini. Setidaknya dalam beberapa kali lebaran, penumpukan penumpang bis (untuk arus balik) sangat fantastis. Bahkan disebuah agen bis Sumber Alam di Bakungan dalam satu harinya bisa memberangkatkan 3 buah bis sekaligus.

Menurut cerita dari Kakek saya dan bukti yang ada, ternyata dulu kala didaerah Bagelen pernah berdiri Stasiun Kauman. Letak bangunan Stasiun Kauman ini sendiri terletak didusun Kauman, Kel. Bagelen. Tepatnya adalah dijalan yang menuju ke Masjid Besar Kauman atau KUA Bagelen.


Memang saat ini sudah ada stasiun kereta yang dekat dengan Bagelen, yaitu stasiun Jenar, namun karena untuk menjangkau stasiun Jenar harus dua kali naik mobil, jadinya tidak banyak calon penumpang yang naik dan turun dari stasiun kereta ini.

Sebagai gambaran, saat ini kereta api yang melewati Bagelen kearah Jojga dan sebaliknya al :
- KA Ekonomi Progo
- KA Bisnis Senja Utama YK
- KA Bisnis Senja Utama Solo
- KA Ekonomi Solo Balapan
- Dan masih ada beberapa KA lagi

Mungkin tidak harus stasiun besar, namun hanya stasiun kecil, yang tidak harus punya jenis KA sendiri yang harus diberangkatkan dari sini. Dengan adanya stasiun ini, pastinya akan merubah laju perekonomian di Bagelen. Walaupun untuk mencari BEP (Break Event Point) dari berdirinya stasiun ini perlu waktu yang mungkin lebih dari 5 tahun, namun untuk kedepannya akan menjadikan Bagelen menjadi daerah yang maju dikemudin hari.

Setidaknya dalam pemikiran saya, nantinya Stasiun Bagelen akan banyak digunakan oleh warga Bagelen (yg mayoritas adalah perantau). Stasiun Bagelen cukup sebagai stasiun transit saja yang berguna untuk pemberangkatan dan turunnya penumpang saja. Penumpang bisa membeli tiket distasiun ini, khususnya untuk kereta-kereta ekonomi atau bisnis yang lewat. Apalagi jika diadakan kereta feeder untuk ke stasiun besar Kutoarjo sehingga para penumpang yang akan naik di stasiun Kutoarjo bisa membeli tiket di stasiun Bagelen ini.

Dan belakangan ini juga marak dengan kereta komuter, dan dengan dibangunnya stasiun Bagelen ini nantinya bisa melayani route Kutoarjo – Jenar – Bagelen – Temon – Wates – Sentolo – Jogja – Solo. Dengan KA komuter ini, akan banyak membantu warga Bagelen jika akan berkunjung ke Jogja dan Solo.

Menurut perhitungan yang saya buat dibawah ini, kelihatannya Bagelen cukup potential untuk dibukanya stasiun transit. Dal am satu minggu lebaran saja jumlah warga bagelen yang harus kembali ke Jakarta dan sekitarnya banyak sekali. Dalam sehari saja, dari beberapa agen penjualan tiket bisa memberangkatkan 3-4 bis yang isinya 54 orang. Artinnya jika didaerah sekitar Bagelen ada 3 agen bis, jadinya ada sekitar 400-an penumpang yang berangkat dalam sehari. Bukankah ini angka yang potensial untuk digarap oleh PT. KAI. Belum lagi jika dengan hadirnya kereta Komuter.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, November 28, 2007

Pertelon Bagelen

Bukan merupakan warga Bagelen kalau sampai tidak tahu pertelon Bagelen. Ya…salah satu lokasi Bagelen yang banyak diingat orang adalah pertelon Bagelen. Sebenarnya istilah kata "pertelon" adalah dari kata "telu" yang artinya tiga. Secara keseluruhan arti dari pertelon Bagelen adalah pertigaan.

Kalau kita dari arah Purworejo, pertelon Bagelen ini hanya sekitar 500 m dari jembatan sungai Bogowonto. Tepatnya berada di Jl. Jogja Km. 11 – Bagelen.

Ya….pertelon Bagelen adalah pertigaan yang memisahkan jalan yang menuju Porwokerto/Purworejo dan jalan menuju Kalirejo/Kemanukan. Lokasi pertelon Bagelen ini merupakan jalur pembuka jika kita akan menuju daerah dataran tinggi di Bagelen. Akan sangat gampag untuk mengetahui dimana lokasi pertelon Bagelen ini. Soalnya diarena pertelon Bagelen ini dibangun tunggu tugu yang diatasnya bertengger patung Kambing Etawa dan Durian.

Orang Bagelen pasti setuju jika salah satu hal yang khas dari pertelon Bagelen ini adalah Warung Mbah Kariyo Ndongong (alm). Salah satu warung yang sangat terkenal bagi siapa saja yang sempet mampir dan ngaso dipertelon ini. Nah….di warung mbah Karyo ini, kita bisa mendapatkan satu paket nasi rames + es teh manis dengan harga yang sangat murah. Waktu itu, pelanggan yang paling banyak ada sopir truk, termasuk aku juga lho….. Soalnya hanya dengan uang Rp. 1.000,- saja waktu itu sudah bisa mendapatkan sepiring nasi + gending ayam + sayur daun singkong + es teh manis. Dulu, sekitar tahun 1995-1996 hampir seminggu sekali saya makan diwarung makan Mbah Kariyo ini.

Dahulu kala, ketika saya SD dan SMP (sekitar tahun 1990-an), setiap 17 Agustusan, di lokasi ini (tepatnya didepan kantor Pos dan Giro Bagelen) diadakan pentas seni yang diisi oleh penampilan dari berbagai SMP yang ada di Bagelen. Pada acara pentas ini, hamper dipastikan warga Bagelen akan berbondong-bondong untuk datang dan menonton acara ini. Namun seiring perkembangan jaman, saat ini pentas seni tidak dilakukan lagi dilokasi pertelon Bagelen ini.

Nah..bagi teman-teman yang akan berkunjung ke daerah Kemanukan, Piji, Soko di pertelon Bagelen-lah bis 3/4 yang akan mengantar ke tujuan ini berhenti/ngetem.

Oh ya….pertelon Bagelen akan berubah menjadi lokasi pasar duren yang banyak diserbu orang manakala panen durian tiba. Di pertelon Bagelen ini tiba-tiba menjadi lokasi yang sangat ramai. Banyak bermunculan pedagang duren musiman yang menjual duren yang dihasilkan dari daerah yang ada di Bagelen. Duren yang dijual dipertelon Bagelen ini biasanya disupply dari daerah Sokoagung, Kaliagung, Kalirejo dan Somongari. Duren yang dijual dipertelon Bagelen ini sangat terkenal kelezatannya, bahkan tidak jarang orang yang lewat jalur Jogja – Purwokerto ini mampir ke pertelon Bagelen ini untuk menikmati lezatnya duren Bagelen.

Pertelon Bagelen dulu dan kini (setelah 12 tahun) tidak banyak mengalami perubahan. Lokasi itu banyak sekali meninggalkan kesan dihampir semua warga Bagelen. Disebelah kanan (arah dari Jogja) masih berdiri kokoh bangungan kantor Pos dan Giro Bagelan, disebelah Kantor Pos dan Giro Bagelen masih juga bangunan Koramil Bagelen. Warung-warung yang ada disekitar pertelon Bagelen juga masih ada. Di depan warung, berdiri bangunan semi permanent yang digunakan untuk berteduh tukang-tukang ojek.

Dibangunan ini pula pedangang duren musiman akan menggelar daganganya manakala musim durian tiba. Yang berubah hanya disamping kiri jalan, saat ini sudah berdiri ruko-ruko yang digunakan sebagai lokasi bisnis ( Kios Phone, Bengkel Motor dan warung).

Disamping pertelon Bagelen ini pula sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh bangunan SMEA PGRI Bagelen. Disinilahlah saya mengeyam pendidikan tingkat atasnya selama 3 (tiga) tahun. Walaupun hanya SMEA di level kecamatan, tapi SMEA PGRI Bagelen ini termasuk yang disegani di kab. Purworejo.

Oh ya..hampir kelupaan, salah satu ciri lagi dari pertelon Bagelen ini adalah dokar atau delman. Alat transportasi ini sampai sekarang masih ada dan menjadi salah satu angkutan yang digunakan oleh banyak warga Bagelen, khususnya warga yang berdomisli di daerah Kalirejo.

Oh ya….sampai disini dulu ya…sekali lagi, Bageleb tetap menjadikan tempat dimana aku akan selalu ingat dan akan kembali lagi. Hidup Bagelen….

Bekasi- tengah malam

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, November 14, 2007

Purworejo dari HP-ku

Oleh-oleh...dan buat obat kangen sama Purworejo


") Pojok Micky Mouse pas siang hari


") Jalan masuk ke Pasar Baledono

[+/-] Selengkapnya...

Bakso Pak No.....

Ketika saya masih bersekolah di SMEA PGRI Bagelen, sekitar tahun 1995 saya sudah mengenal Bakso Pak No. Aku taunya hanya Pak No, utk nama panjangnya sih gak tau apakah SumarNo, TukiNo atau siapalah. Dimana sih Bakso Pak No berada...letaknya sangat strategis, yaitu didepan toko Busana Ramai (dibawah pohon Asem Gede).

Ya...tetelan mungkin akan lebih familiar ditelinga kita dari pada kita bilang daging. Sejak tahun ’95 saya menjadi pelanggan tetap bakso Pak No. Waktu itu hampir setiap saya pulang kursus Bahasa Inggris di ECC – Pojok Terminal Lama, saya mampir untuk menikmati hangat dan pedasnya Bakso Pak No. Waktu itu harga satu mangkok bakso Pak No hanya dibandrol Rp. 2.000,-/mangkok. Murah lah...dengan tetelan penuh dan 6 biji bakso. Wah pokoknya jan sedap tenan.

Ada yg tidak berubah, walaupun waktu sudah berganti sekitar 12 tahun saya merantau. Pak No tetap murah senyum dan ramah. Ketika kemarin saya makan baksonya lagi...pertama kali yang keluar dari mulutnya ”Monggo mas...bade ngersakke nopo”,sambut Pak No dengan senyuman yang khas. ”Baksone kalih pak, sekalian tetelane menopo taksih wonten”, jawabku langsung. (Soalnya perutku sudah laper).
”Wah mas...tetelane mpun telas mas, anu ngenjang mawon pinarak mriki malih”, jawab Pak No segera. Waduh padahal ini salah satu ciri khas bakso pak No.

Niat hati jauh-jauh dari Krendetan ke Purworejo karena sekalian dari beli tiket Bis, saya harus menyantap baksonya Pak No yang tetelannya banyak. Namun apa boleh dikata, tetelannya ”wis enthek”. Akhirnya dengan terpaksalah saya nikmati bakso tersebut walau tanpa tetelan.

Karena masih ”dendam” keesokan harinya saya parani lagi baksonya Pak No untuk merasakan tetelannya. ”Pakno, baksone setunggal kalih tetelanne , nggih”, pintaku. ”Lho..mas dereng sios wangsul ngilen to...”, tanya Pak No. ”Dereng Pak, lha wong kulo dereng nyicipi tetelanne kok”, jawabku gak mau kalah. Akhirnya dihidangkan juga semangkok Bakso Pak No. Tidak ada yg beda, baik rasa, kualitas, penyajian. Yang beda hanya harganya yg sudah Rp. 4.500,-/mangkok.
Dan ternyata, menurut info dari Pak No, hari itu juga ada salah satu pelanggan lamanya yg saat ini tinggal di Rawa Lumbu – Bekasi yang pesen 1000 biji dan pelanggan lama yang memanfaatkan momentum ’pulkam’ utk mencicipi kembali Bakso Pak No.

[+/-] Selengkapnya...

Monday, November 12, 2007

Bagelen ketika lebaran....

Kayaknya saya tidak lelah untuk menceritakan kondisi Bagelen. Mudik kemarin, menjadi mudik yg kurang sedap karena saya mendapatkan telp. Dari kantor dan harus pulang kembali ke Jakarta secepatnya......walaupun baru 1,5 hari dirumah.

Btw...masalah mudik kayaknya gak perlu saya ceritakan, tpi hal yang terjadi di Bagelen selama lebaran kemarin mungkin perlu sedikit saya tuangkan kali ini.

Bagelen tiba-tiba menjadi ramai akan orang-orang yang setahun sekali kembali menengok sisi dari tempat dimana mereka dilahirkan, termasuk saya.

Cobalah tengok kedai Bakso Pak Man dan Pak Min...pasti akan penuh sesak dengan mereka yang akan menikmati hangatnya Bakso. Atau ke Pasar Krendetan pada hari Rabu dan Sabtu...akan banyak wajah-wajah yg sedikit asing (karena jarang kelihatan) ikut memenuhi pasar untuk sekedar belanja makanan atau ikut Orang Tua atau Sanak Saudara mereka yang sedang berbelanja.

Nah...saya melihat ada beberapa hal yang sedikit menarik perhatianku dan akan aku ulas....:

Lek Madi Grobak yang mejadi penjaga perlintasa KA.
Bagi orang Krendetan semacam saya pasti akan kenal yang namanya Madi Grobak. Lho...kok ada Grobaknya...ya, karena dulu kala profesi dari Lek Madi adalah sais Grobak (walaupun ini kayaknya sekarang sudah tidak lagi). Paling tidak pada saat Lebaran kemarin orang yang menggunakan jalan yang menuju Bugel, Kediren, Sembir dan Kauman harus mengakui jasa Lek Madi karena telah menjagakan pintu pelintasan kereta api disebelah barat pasar Krendetan. Ya...banyak dari pengguna jalan ini yang memberikan sedikit uang ala kadarnya atas Jasa Lek Madi ini ( btw...saya nggak tau apakah ada honor dari PJKA atau tidak). Yang jelas profesi ini muncul pada saat Lebaran tiba, karena beberapa kali pada saat saya lewat dan tidak pada hari lebaran...perlintasan ini tidak dijaga. Terima kasih lek......

Penuhnya Angkudes Jalur 30
Ini juga diluar kebiasaan, dimana pada hari biasa jumlah penumpang angkudes jalur 30 sedikit sekali. Saya pernah ngobrol dengan salah seorang supir angkot (Mas Kimin dan Mas Jabrik) bahwa penghasilan mereka saat ini menurun drastis. Hal ini dikarenakan dengan naiknya tarif angkutan, orang yang naik tidak terlalu banyak dan ditambah dengan banyaknya orang yang sudah memiliki sepeda motor.
Pada lebaran kemarin (walaupun hanya seminggu) semua teori diatas terbantahkan. Lho..kok..iya karena mau nunggu angkudes tersebut harus nunggu lama sekali..itupun kadangkala harus berdiri atau nggandul. Banyaknya orang yg akan bepergian membuat angkot tsb selalu penuh pada setiap trip-nya. Hal ini tentu saja sangat disyukuri oleh pengemudi angkot. Bagi mereka ini adalah rejeki Lebaran.
Banyaknya Mobil dan Motor secara tiba-tiba
Ini juga merupakan fenomena tersendiri, kaum urban (kebanyakan berplat nomor B )yg mudik biasanya akan membawa mobil pribadi (atau sewaan ya) dan motor untuk pulang kampung. Tiba-tiba kalau kita lihat puluhan atau bahkan ratusan kendaraan parkir dirumah-rumah yang ada di Bagelen. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan status ekonomi atau sosial ketika berada diperantauan.
Dan.......yg lebih parah ketika kita mau nyebrang jalan raya saja mesti nunggu 15-30 menit lho. Hal ini karena Bagelen termasuk jalur ramai menuju Jogjakarta dan Solo disamping bisa melalui jalur Mageleng.

Nah....diatas hanya sekelumit mengenai Bagelen pada saat lebaran...yang tentunya masih sangat banyak lagi untuk diceritakan.

[+/-] Selengkapnya...