Saturday, November 7, 2009

Oncor

Kawan....Pernahkah kita ingat dengan Oncor ?? Mungkin saat ini sudah lupa dan jarang ada orang yang mau pakai. Disamping sudah "kuno", peran Oncor saat ini sudah tergantikan oleh lampu senter dan juga lampur penerangan jalan. Terlebih lagi saat ini begitu susah untuk mencari minyak tanah.


Yup.....kondisi diatas membuat Oncor semakin hari semakin hilang dari peredaran, yang tertinggal hanyalah sekelumit cerita mengenai hal ini.


Kalau dilihat dari asal katanya, saya tidak tau pasti darimana berasal dan apa artinya. Yang saya tahu Oncor adalah salah satu alat penerangan yang terbuat dari bambu (ukurannya sebesar tangan anak-anak), kemudian diisi dengan minyak tanah dan ditutup dengan kain atau "kawul". Kawul adalah serabut kelapa (bahasa Jawa). Sedangkan kain yang digunakan haruslah kain katun yang tidak ada campuran plastiknya.


Jaman dulu kala...Oncor ini sangat fital digunakan sebagai salah satu alat penerangan yang mur-mer (murah dan meriah). Masih teringat jelas, ketika dulu selalu menggunakan oncor ini ketika pulang ngaji, kemudian "nyuluh ikan". Jadi ketika sore hari (kondisi masih terang), oncor tidak kita nyalakan, hanya dibawa saja. Dan ketika pulang ngaji (sudah sangat gelap) oncor akan kita nyalakan sebagai penerang. Kebetulan sekali waktu dulu belum ada lampu yang dipasang dijalanan.
Nah...lebaran kemarin, aku coba perkenalkan Oncor ini kepada anakku dan sedikit cerita perihal historical-nya dulu kala. Karena bagaimanapun...Bagelen adalah Tanah Tumpah Darah Ayah-Ibunya yang dia tidak boleh melupakan. Eee...gak taunya anak-anakku pada seneng dengan oncor ini.



Foto 1 : Cahaya Oncor
Foto 2: Senengnya anakku dengan Oncor
Foto 3: Anakku mencoba meniup oncor...Ternyata susah matinya...

6 comments: