Thursday, January 17, 2008

Jeritan tukang tempe….

Walah..kok judulnya serem banget to…..Ini bukan tukang tempe disiksa atau diperkosa lho, tapi ini jeritan tukang tempe karena naiknya harga kedelai yang lebih dari 100 %. Mungkin bagi sebagian besar warga Bagelen yang mayoritasnya adalah petani, mereka tidak paham apa itu Subprime Morgage yang saat ini melanda Amerika Serikat dan mengakibatkan lesunya perekonomian dunia, termasuk juga Eropa dan Asia. Walaupun krisis tersebut terjadi di Amerika, namun secara tidak langsung menimbulkan dampak yang luar biasa. Salah satu hal yang akhir-akhir ini mendapatkan perhatian serius adalah kenaikan harga minyak dunia yang mendekati $ 100 per barrel.

Bagi mbah Kromo (salah seorang tukang bikin tempe yang ada di Bagelen) tidaklah paham perihal krisis tersebut dan tidaklah tahu mengenai naiknya harga minyak mentah yang mendekati $ 100 per barrel. Yang jelas saat ini mbah Kromo saat kalang kabut dan kebakan jenggot, karena harga Kacang Kedelai naik 100 % lebih. Dari dulunya yang cuman Rp. 3.500,-/kg saat ini mencapai Rp. 7.000,- sampai Rp. 7.500,-/kg. Yang ada saat ini Mbah Kromo hanya bisa bergumam....”Duh Gusti...., kok dele wae munggae ngungkuli munggah gunung..., banjur aku arep priwe”, keluh mbah Kromo. ”Piye ora mumet le..,dodolan tempe delene larang banget. Yen ora diundakke ragane jelas aku rugi, trus yen diundakke ora ono sing tuku”, kata Mbah Kromo yang sesekali diselingi dengan sedotan rokok klembak menyan.

Fantastis memang....Slogan-slogan yang dulu diajarkan waktu saya sekolah di SMP, yaitu Indonesia sudah 100 % swasembada pangan (khususnya beras/padi) saat ini patut kita pertanyakan kembali. Salah satu contoh yang nyata dan harus ditanggung oleh rakyat kecil adalah naiknya harga kacang kedelai yang notabene saat ini masih harus diimpor dari Amerika Serikat. Banyak sekali pengrajin tempe dan tahu yang saat ini sudah gulung tikar alias bangkrut terkena dampak kenaikan harga kacang kedelai. Padahal tempe dan tahu adalah lauk yang identik dengan kalangan rakyat jelata, trus kalau untuk beli tempe dan tahu saja mereka tidak mampu , harus berganti ke apa lagi ???

Krisis di Amerika yang mengakibatkan naiknya harga minyak dunia, secara tidak langsung memicu juga kenaikan harga kacang kedelai. Saat ini kacang kedelai yang dipakai oleh pengrajin tempe dan tahu, hampir 50 % didapat dari import dari Amerika. Kenaikan harga minyak dunia yang tidak stabil dan cenderung tinggi, mengakibatkan juga naiknya biaya-biaya produksi dan distribusi. Apalagi kalau kita tahu bahwa di Amerika hampir semua alat-alat pertanian menggunakan bahan bakar minyak. Sudah tidak ada lagi yang membajak menggunakan kerbau atau sapi. Apabila krisis kenaikan harga kedelai ini tidak segera diberantas, akan banyak lagi pengrajin tempe dan kedelai yang gulung tikar karena merugi.

Kenapa kita harus tergantung dengan kedelai dari Amerika ???
Pertanyaan ini terus-menerus terngiang ditelinga sebagian pengrajin tempe yang ada di Bagelen. Memang tidak bisa kita pungkiri hal ini, namun pengalaman naiknya harga kedelai ini seharusnya dapat kita ambil hikmat positifnya. Artinya some thing wrong dengan kedelai kita ??? ataukah tidak ada pasokan ??? ataukah ada spekulan yang mencoba memancing diair keruh.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat berdiskusi dengan beberapa kerabat dan saudara perihal tanaman Polowijo (salah satunya adalah kedelai), dimana ada beberapa bagain yang mengusik saya dan saya ingat, al :

- Kenapa petani enggan/malas untuk menamam kedelai, dengan yakin mereka menjawab bahwa harga kacang kedelai tidak sebanding dengan modal yang sudah dikaluarkan. Kok bisa ya..............tentu saja bisa karena saat ini untuk memanam kedelai tidak hanya ditanam trus ditinggal begitu saja. Biaya perawatan, pupuk dan penyemprotan dari hama lumayan tinggi. Kalau hal ini tidak dijalankan, sudah barang tentu hasilnya tidak akan bisa dipanen sesuai dengan yang duharapkan. Apalagi saat ini bukan rahasia umum lagi jika pupuk seringkali menghilang dipasaran akibat ulang spekulan, kalautoh ada pasti hargannya sudah diatas HET. Dan begitu dipanen, dijual...harganya tidak sebanding.
- Bagaimana dengan kualitas kedelai kita. Ya...kualitas kedelai kita diclaim kalah jika dibandingkan dengan kedelai dari Amreika, sehingga para pengrajin lebih memilih kedelai dari Amerika.


Sebagai warga Bagelen yang juga penggemar tempe dan tahu, tentunya sangat tidak rela dengan kondisi ini. Ada baiknya jika kita lihat kembali secara bijak permasalahan ini dari hulu maupun hilir. Beberapa option yang mungkin bisa dijalankan dalam situasi saat ini adalah :

- Pertama, dilakukannya operasi pasar oleh Bulog
- Kedua, canangkan kembali swasembada kedelai dengan mutu dan bibit yang terbaik
- Ketiga, intervensi dari pemerintah (Bulog) agar bisa menaikkan harga kedelai, sehingga mendorong petani untuk menanam kedelai.
- Dan yang terakhir..jika sudah swa sembada kedelai..kenakan pajak import yang tinggi.

Semoga Pemerintah bisa mengambil tindakan secepatnya agar pengrajin tempe tidak menjerit dan merugi karena tercekik harga kedelai.

1 comment:

  1. surprise,,kaget n kagum anek wayah bagelen sing kreativ,,, aku jd inget smp ku, smp negeri bagelen kredetan,,aku angkatan th 1980 (saat aku kls 1 blm ada kls 3, krn aku angkatan ke 2).... , teruskan kreativitasmu aku bangga walau aku lahir di ketangi, tp smp ku di bagelen,,bapakku jg banyak mengabdi di pendidikan wilayah bagelen,,, eno sing kenal ma aku ?? Bambang Sugeng Hariyadi.

    ReplyDelete