Sunday, October 4, 2009

Jathilan

"Yo nonton jathilan nang Pondon", ajak Lek Ndayun. "Ayok...kebetulan aku pengin banget dapat fotonya", jawabku langsung.
Hari ini saya dan beberapa tetangga sengaja untuk nonton Jathilan atau Kuda Lumping atau Jaran Kepang (Bahasa Jawa). Secara kebetulan hari ini disalah satu penduduk yang sedang hajatan (mantenan di Pondon) ada acara Jathilan. Dengan sepeda jengki kesayangan dan lewat bawah pohon pring, saya dan Lek Ndayun mengayuh sepeda menuju tempat perhelatan berada.

Hal ini tentu saja sangat saya tunggu-tunggu karena sudah lebih dari 12 tahun saya tidak menyaksikan pertunjukan ini. Jathilan yang dulunya teramat favorit dimata msyarakat Bagelen, saat ini relatif jarang ditemui. Kalau toh ada bisa dibilang hanya orang-orang tua yang "nanggap" kesenian tradisional ini. Padahal...jathilan merupakan salah satu seni budaya Jawa (Bagelen pada khususnya) yang bisa dikatakan hampir punah kalau tidak di"uri-uri" (dilestarikan).
Dan untuk saat ini...agar Jathilan bisa tetap laku harus pula dicampur dengan Campursari. Hmmmm..pasti paham khan, klo campur sari pasti sinden-nya sebagai salah satu daya tarik untuk berjoget.
Salam dari Naji - Wayah Bagelen dan Bravo Jathilan. Doa saya : Smoga Jathilan-nya Maju dan Terkenal ya.
Oh ya...mhn maaf buat adik-adik pemain Jathilan karena saya baru bisa upload fotonya sekarang ya..
Dan dibawah ini adalah foto-foto yang bisa saya ambil pada acara nonton Jathilan tersebut.
Foto 1 : Spanduk Jathilan yang terpasang. "Campursari Cahaya Manunggal"

Foto 2 :Sesi persiapan yang dilakukan teman-teman kecil saya

Foto 3: Teman-teman kecil saya sedang "in action"

Foto 4 : Pemain Jathilan Dewasa sedang istirahat menunggu giliran pentas
Foto 5: Para pemain Jathilan bersiap memasuki arena pentas
Foto 6 : Salah seorang pemain senior sudah "Ndadi" atau kerasukan
Foto 7 : Pemain makan kembang kenongoFoto 8 : Pemain yang kerasukan tadi sedang diberikan minum air kelapa hijau (setelah makan kembang kenongo). Seret coy....
Foto 9 : Pemain yang kerasukan menuju proses kesembuhan. Ritual ini harus dilakukan diatas "kendang" dan dijaga oleh beberapa orang
Foto 10 : Banteng dan Barong yang sedang berkelahi juga.
Foto 11 dan 12 : Antusiasme masyarakat dalam menonton Jathilan ini.
Foto 12

Dengan foto ini saya berharap agar kita sebagai masyarakat Jawa ikut serta menjaga dan melestarikan budaya-budaya jawa. Marilah kita mulai dari hal-hal kecil disekitar kita dan sekali lagi..KITA HARUS BANGGA DENGAN BUDAYA KITA. AYO MAJUKAN BUDAYA



4 comments:

  1. iki mass naji sing ngelingke tenan..pancen kesenian iki kudu di lestareake.....njenengan ngelingke aku karo widodo lan widadi adike Ndayun..mergo panjenengan nyebut mas Ndayun..biyen iku sing ono grup jatilan yo neng karang jati, kepondon lan sedompyong,neng somorejo ono loro nek ra salah,tapi rodo surem waktu iku kalah karo Ndolalak wedok,kolo wingi lebaran muleh ko pordjo neng protelon don bosco enek jatilan aku mampir nonton mbek anak bojoku sing notaben ora tahu ngerti jatilan, saking senenge malah anak ku gak gelem muleh...suwun mass...mbok di lanjut kok 2010 durung no isi manehh

    ReplyDelete
  2. benar benar kreatif saya bangga dengan wayah bagelen karena menjunjung tinggi kebudayaan dan pola hidup rakyat bagelen khususnya

    ReplyDelete
  3. Kreatif dan bagus melestarikan budaya dan kesenian yang terpenting tidak melanggar syariah agama Iaslam, seperti contoh kerasukan setan , Ndadi jelas-jelas perbuatan yg tidak dibenarkan dalam kaidah agama islam, kita sebagai umat islam harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
    KESENIAN, BUDAYA tetap kita dukung.....!
    Terima Kasih.

    ReplyDelete