Friday, March 27, 2009

Setetes Embun

Ternyata kalau kita amati dengan seksama, betapa Indah dan Sempurnanya semua ciptaan Illahi Robbi.


Setetes embun yang mungkin bagi kita tidak begitu berarti tetapi dapat dijadikan sebagai media untuk melihat keindahan.

Seperti disamping ini....

Seperti halnya Bagelen....sejuta pesona keindahan tergambar disana bak untaian mutiara yang bertebaran.

[+/-] Selengkapnya...

Stasiun KA Purworejo dan Lok Dieselnya

Bagi orang Purworejo seperti saya yang tinggalnya lumayan jauh dari Kota, setiap saya ke Purworejo pasti akan melewati Sta. KA Purworejo.
Bangunan-nya khas jama Kolonial Belanda dan masih berdiri kokoh (meskipun sudah dipugar dan dicat ulang - kalau tidak salah) dan juga keasliannya yang masih terjaga.



Memang sih....Sta. KA Purworejo ini tidak seramai Sta. KA Kutoarjo atau Jogja - Tugu. Namun setidaknya setiap pagi dan sore hampir bisa dipastikan ada penumpang yang naik dan turun KA di Sta. KA Purworejo ini.

Lho...trus siangnya ada KA tidak ?? Setau saya sampai sekarang untuk siang hari tidak ada kereta yang mengantar atau mengambil penumpang untuk dibawa ke Sta. Kutoarjo. Siang hari yang banyak adalah orang yang mau makan Soto Pak Rus yang sangat terkenal itu lho.
Oh..ya Sta. Purworejo tidak memberangkatkan KA sendiri lho. Tapi dari penumpang yang naik dari sini akan dibawa ke Sta. KA Kutoarjo dan digabung dengan yang naik dari Sta. KA Kutoarjo.
Dan kebalikannya, bagi penumpang yang akan turun di Sta. KA Purworejo, penumpang harus berganti KA. Pihak PJKA menyediakan satu buah gerbong KA yang ditarik dengan lokomotif tua (Lok Diesel) ke Sta. Purworejo.
Meskipun jalan-nya tidak kenceng dan juga rel-nya tidak sebagus rel jalur Selatan ( Kutoarjo - Jogja), tapi setidaknya perjalanan dengan Lok Diesel ini akan menjadikan kenangan tersendiri karena jalan-nya geal-geol lho....Hal ini disebabkan kondisi rel yang sudah lumayan tua tapi masih layak pakai.
Oh ya...dibawah ini adalah gambar Lok Diesel-nya yang tiap pagi dan sore narik gerbong penumpang dari dan ke Sta. KA Purworejo.
Foto ini saya ambil pas pagi-pagi banget ketika baru sampai dari Sta. Kutoarjo. Sekatar jam 04.30 WIB.















Foto ini adalah Lok Diesel ( BB 30006) sedang parkir di Sta. KA Kutoarjo dan akan mengantar penumpang ke Sta. KA Purworejo (sore harinya)





[+/-] Selengkapnya...

Onggo-Onggo


Onggo-Onggo, Kalamanding, Laba-Laba wis apalagi namanya bagi saya adalah sama. Mahkluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan bentuk yang unik dan menarik.
Masih inget dulu kala...sering saya cari "klamat" Onggo-Oanggo ini untuk cari "kinjeng/capung". Sebuah mainan yang bisa membuat hati girang tak karuan dan tidak perlu keluar duit.
Daya rekat pada "klamat" atau jaring laba-laba ini kalau sekarang ya bisalah dibandingkan dengan lem "Power Glue" kali ya...
Artinya dengan diciptakan-nya Onggo-Onggo ini oleh Allah SWT ternyata juga banyak manfaatnya...ya salah satunya "klamat-nya" bisa aku pakai untuk cari "kinjeng", khususnya "kinjeng Kebo" yang warnanya agak kehijau-hijauan.
Rekan-rekan pas inget khan..dulu sering cari kinjeng pakai "klamat"

[+/-] Selengkapnya...

Thursday, March 12, 2009

Sebuah Potret Kehidupan

Apa yang terpikir oleh rekan-rekan ketika melihat foto disamping ini ??. Ada kemungkinan :
- Kerja Keras
- Kasihan
- Atau masih banyaaaaak yang lain lagi.
Inilah sebuah potret kehidupan "nyata" yang ada disekitar kita di Purworejo atau-pun di Bagelen. Kalau dilihat usianya (kira-kira), lebih dari 70 th. Artinya simbah-simbah ini usianya jauh sekali diatas kita (dengan saya selisih 40 th jeeeee). Usia 70 th jelas sekali bukan usia produktif (meskipun dilihat dari seribu sudut pandang) ataupun usia muda (yang ini apalagi).
Tapi.....kenapa dan mengapa simbah-simbah ini mau melakukan-nya. Jawaban pasti hanya ada dibenak simbah-simbah ini saja. Saya dan rekan-rekan coba untuk menebak-nebak saja ya....

Ada hal yang pengin sedikit saya sampaikan....dengan harapan untuk membuka mata hati kita semua akan sebuah KERJA KERAS, PENGORBANAN dan juga SEMANGAT.
Potret simbah-simbah ini pasti akan banyak kita jumpai di Bagelen dan ini "Nyata". Khususnya ketika hari pasaran tiba (Rabu dan Sabtu). Banyak sekali sepeda-sepeda "Onthel" yang melaju dengan tenangnya (mungkin 10-20 km/jam) dari arah Kalirejo, Clapar, Somorejo, Bapangsari, Sembir, Bagelen, Bugel dan bisa jadi dari daerah yang lebih jauh semacam Dadirejo yang menuju ke Pasar Krendetan untuk menjual hasil pertanian dan juga hasil "Home Industri" (dimuat di "Kranjang Loper").
Apakah mereka yang mengayuh sepeda masih muda-muda ?? TIDAK, mereka yang menggenjot sepeda mayoritas sudah berumur alias "sepuh" alias "Tua" alias "Tuwo".
Kok mau ya....?? Khan capek, Khan Jauh, mana pagi-pagi khan masih dingin, belum sarapan, belum ngopi dan segudang pertanyaan yang (mungkin) ada dalam benak anak-anak sekarang ini.
Itulah namanya sebuah "KERJA KERAS", "PENGORBANAN" yang dilandasi dengan "KEMAUAN KERAS" dan "SEMANGAT" untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hidup tidak hanya cukup dengan berpangku tangan dan Rejeki akan datang sendiri, hidup tidak cukup dengan "leha-leha", hidup tidak cukup hanya dengan "cuap-cuap". Untuk hidup dibutuhkan sebuah "semangat", "kerja keras", "pengorbanan" dan tentu saja dengan berperilaku Jujur.
Akankah kita yang muda-muda ini tidak bisa mengambil "Suri Tauladan" dengan contoh diatas ?? Ataukah kita hanya akan menjadi orang-orang yang selalu menjadi "parasit" dengan hidup selalu menggantungkan diri kepada orang lain.
Hanya kita-kita sendiri yang bisa jawab. Orang tua kita dengan sangat bijak sudah memberikan contoh yang baik. Tinggal kita sendiri yang akan memutuskan. Dan sekali lagi...Allah SWT tidak suka dengan orang yang malas dan hanya berpangku tangan saja.
Semoga tulisan ini bisa membuka mata hati kita semua untuk selalu dan selalu mensyukuri apa yang sudah diajarkan oleh orang tua kita tentang hidup dan kehidupan dan juga anugrah yang sudah diberikan oleh Allah SWT.
Terakhir....inilah (mungkin) potret dari orang tua kita dalam usaha membesarkan anak-anaknya, sehinga sudah sepastasny kita kerkewajiban membalas apa yang sudah orang tua berikan kepada kita semua.
Salam,
Naji

[+/-] Selengkapnya...

Saturday, March 7, 2009

Tukang Becak

Pas...mudik Januari 2009 kemarin ada cerita mengenai tukang Becak di Purworejo yang (mungkin) tidak akan pernah bisa lupa.
Ceritanya begini....
Rencana saya dari Purworejo ke Bekasi mau naik Bis Sinar Jaya dan turun Cibitung. Saat ini Pool Bis Sinar Jaya khan sudah pindah dari Pojok Alun-Alun Purworejo menuju ke jalan Magelang.
Pagi harinya (pas hari keberangkatan) saya pesen tiket untuk sore harinya. Setelah tiketnya dapat saya berencana jalan-jalan dulu di Purworejo (Pasar Baledono) untuk sedikit menikmati suasana Purworejo (itung-itung kelingan jamane dulu ketika pas mau "udunan" sek-sekan beli baju baru dipasar ini)

Nah..dari jalan Magelang ke depan Ex. Bioskop Pusaka anakku pengin naik becak saja (kebetulan saya perginya berdua sama anak-ku yang gede..Si Cemplok-aku biasa panggil dia)



Akhirnya saya cari tukang becak di pertigaan yang mau ke arah Magelang.
Mungkin juga lagi apesnya aku atau rejekinya si Simbah Tukang Becak ini....yang ada disana hanya simbah ini saja. Sempet terjadi keragu-raguan jadi naik atau tidak, karena satu sisi aku kasihan kalau simbah ini (yang sudah sepuh- usianya dah 68 th lho) harus "nggenjot" becak. Tapi kalau aku batalkan juga gak enak karena simbah tukang becak ini sudah kelihatan seneng ketika dapat penumpang.

Akhirnya aku dan anakku jadi naik becak-nya simbah ini. Begitu becak berjalan baru sekitar 10 m...sudah kedengaran simbah ini "ngos-ngosan". Ya...sekali lagi tebakanku jadi kenyataan, simbah ini gak kuat untuk menggenjot becaknya yang aku naikin bersama anakku (disamping jalannya naik juga, aku dan anakku sama-sama bertubuh subur)...hehehehe
Akhirnya "ngalah-i" dan turun dari becak trus jalan kaki sampai dengan depan Ex. Bioskop Pusaka. Yang ada hanya anakku yang cengar-cengir melihat aku jalan kaki seperti pengawal berjalan dibelakang becak yang dinaikinya.
Dan meskipun yang naik hanya anakku, tapi bayaran tetap aku berikan full kesimbah ini (kasihan baget....)
Moral Story :
Pertama....setidaknya ketika nanti kita sudah pensiun (kayak pegawai negeri saja ya), tidaklah hanya berpangku tangan saja tapi tetap bekerja atau mencari kesibukan agar tidak "sutris" dan bosen.
Kedua...setidaknya orang-orang disekitar kita di Purworejo, tidak hanya mau "nyadong" sama anak-cucu tapi juga tetap bekerja meskipun tenaga sudah tidak full.
Ketiga....contoh teladan, meskipun usia yang sudah tua tetapi tetap punya komitment untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Keempat...Allah SWT sudah memerikan sejumlah Rejeki buat kita, namun tidak akan datang dengan sendiri "mak Bruk" jatuh dari langit tanpa kita Ikhtiar atau Berusaha.
Salam,
Naji

[+/-] Selengkapnya...

Thursday, March 5, 2009

Padhang Mbulan

“ Yo prokonco dolanan ing njobo
padhang mbulan, padange koyo rino
rembulane wis ngawe-awe
ngeliake ojo podo turu sore”


Sebait syair lagu “padhang mbulan (ada tambahan m-didepan), yang dulu sering kita nyanyikan ketika malam-malam dalam suasana terang bulan purnama dan kita bermain diluar rumah.


Rekan-rekan seangkatan saya atau yang umurnya diatas saya pastinya ingat dengan syair-syair lagu tersebut. Dan ketika itu (masa kecilku), dalam terangnya mbulan tadi permainan yang paling favorit adalah “jitungan” atau yang sering kita sebut sebagai “petak umpet”.

Satu orang akan jaga dan yang lain ngumpet...dan ketika yang jaga melihat rekan yang ngumpet dengan segera akan bilang “Dor..kae ketok si Anu nang mburi wit (pohon) kambil”.

Namun…apakah masih ada sekarang ini ya..yang menyanyikan ketika malam-malam terang bulan. Hi…hik….hik…(sedih), yang ada sekarang ini anak-anak mainan HP, SMS dan mungkin nonton TV atau main Play Station..

Kangen aku..dengan masa kecilku…


[+/-] Selengkapnya...