Monday, October 6, 2008

Kenduri Lebaran

Salah satu tradisi yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun adalah kenduri Lebaran. Kenduri ini dilaksanakan setelah kita semua pulang dari Sholat Ied di masjid.
Adapun maksud dari kenduri ini adalah : Untuk mensyukuri atas Karunia Allah SWT sehingga kita semua masih bisa berkumpul pada saat lebaran kali ini dan berharap bertemu Ramadhan kembali pada tahun depan.
Dan berikut ini adalah foto-fotonya


Foto 1 :
Ada Lek Mbudi, Mas Gimin, Purnomo, Tarjo, Teguh dan Puji yang siap-siap akan kenduri dirumah Pak KH. Much. Zamroji Hartono










Foto 2 dan 3 :
Masing-masing dari peserta kenduri membawa nampan yang berisi makanan yang nanti akan didoakan agar berkah oleh Pak Haji























Foto 4 :
Paklik Haji Moch. Zamroji Hartono yang sudah dianggap sebagai sesepuh Nadri.

Setelah semua peserta kenduri berkumpul, Pak Haji akan membaca Doa untuk keberkahan dan seselamatan semua.












Foto 5 :
Setelah didoakan, "engkung" akan di"cuwil-cuwil" untuk dimakan bareng. Foto ini ketika Lek Mbudi sedang bertugas mencuwil-cuwil engkung.











Foto 6 :
Mas Purnomo yang datang jauh-jauh dari Lampung sedang menikmati makan. Wuih...jan enak, apalagi sama engkung.












Foto 7 & 8:
Semua peserta kenduri sedang menikmati kebersamaan ...makan nasi yang sudah didoakan.
(kecuali aku yang asik motret)


























Foto 9 :
Lek Mingin kelihatannya menikmati sekali engkung-nya ya....













Foto 10 :
Lek Mbudi sedang "muluk" nasi lawuh engkung.

2 comments:

  1. mas naji,
    baca dan lihat foto2nya bikin ingatan saya rewind ke jaman yg lebih dahulu lagi, ketika ndesonya mbah2 saya di candi njenar wetan dan mbotorejo-mbotodaleman jalanannya masih setengah makadam,
    rumah2nya setengah tembok setengah papan atau gedheg, lantai tanah, amben bambu lebar bertikar pandhan,
    tanah mbageten dengan spirit para kesatria prajurit pangeran diponegoro yang heroik-patriotik
    kapan2 akan lebih nostalgic kalau njenengan bisa sajikan profil2 era 50-60an yang masih tersisa? rumah2nya, tegal-sawah-kebonnya, kandang sapi-kambing-kebonya, sumur kerek-senggotnya?

    salam kenal dan selamat berkarya

    ReplyDelete
  2. Mas, sayang kemarin waktu saya kenduri di desa Mendiro-Ngombol & Desa Soko-Bagelen tidak membawa foto.
    Tapi paling tidak itulah budaya yang sampai sekarang masih terpelihara.
    Yang bikin kangen itu ingkung uang di suwiri kemudian dimasukan ke takir yang ada sego rosul.
    Jika di makan di rumah uenakkkkkk tenan.
    Sekali-kali Pak Bondan di ajak wisata kuliner ke Bagelen, untuk nyicipi Penek Ngandul...
    Apa masih ada?
    Kalo ada, yang meneruskan apa masih menjaga tradisi masak seperti jaman dulu, misal iwak pitiknya bukan pitik kampung...
    Kalo seperti itu kan membuat rasane dadi bedo yo?

    ReplyDelete